Oleh Drs. H. Karsidi Diningrat, M.Ag
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya ada enam perkara, yaitu: Apabila engkau bertemu dengannya ucapkanlah salam kepadanya; apabila dia mengundangmu perkenankanlah undangannya; apabila dia meminta nasihat kepadamu, berilah ia nasihat; apabila ia bersin lalu mengucapkan hamdalah, maka balaslah ia dengan tasymitmu (ucapan yarhamukallah artinya semoga Allah merahmatimu); dan apabila dia sakit jenguklah; serta apabila ia meninggal dunia iringilah jenazahnya.” (HR. Bukhari melalui Abu Hurairah r.a.).
Enam hak muslim ini bila dilaksanakan oleh kita seorang muslim niscaya kita akan mudah melakukan hak-hak yang lainnya. Selain itu kita berarti telah berhasil melaksanakan kewajiban dan hak yang memiliki kebaikan yang banyak dan pahala yang besar dari Allah. Yang salah satunya adalah, “Apabila dia sakit jenguklah”. Menjenguk orang sakit termasuk hak seorang muslim, khususnya orang yang memiliki hak lebih atas diri kita, seperti ketabat, teman dan semisalnya. Ia termasuk amal saleh yang utama, karena orang yang menjenguk saudaranya kita senantiasa dalam rahmat Allah, ketika kita duduk di sisi saudaranya kita terselimuti oleh rahmat.
Orang yang menjenguk orang sakit pada pagi hari, maka malaikat akan senantiasa bershalawat baginya sampai sore, dan orang yang menjenguk orang sakit pada waktu sore, maka malaikat akan senantiasa bershalawat bagi dirinya sampai waktu subuh. Hendaknya orang yang menjenguk mendoakan kesembuhan bagi orang yang sakit, memberi semangat, melapangkan dadanya dengan harapan kesembuhan, mengingatkannya untuk bertobat dan mendekatkan diri kepada Allah, memberi nasihat dan arahan yang bermanfaat, dan tidak berlama-lama, kecuali orang yang sakit tersebut mendapat pengaruh positif dari keberadaannya, karena setiap perkara disesuaikan situasi dan kondisi.
“Dari Barra bin Azib r.a. diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. menyuruh kita tujuh perkara dan melarang kita tujuh macam juga. Yaitu, menyuruh mengunjungi orang sakit, mengantarkan jenazah, menjawab salam, mendoakan orang bersin, menepati sumpah, menolong orang yang teraniaya, dan memenuhi undangan. Beliau melarang kita tujuh perkara juga, yaitu, memakai cincin emas, memakai bejana emas, memakai bejana perak, memakai sprei sutera, memakai sutera campur katun, memakai kain sutera biasa dan memakai sutera kembang.” (HR. Bukhari & Muslim).
Dan hadits lain Rasulullah Saw. telah bersabda, “Orang yang menjenguk orang sakit berada dalam limpahan rahmat, apabila ia duduk di sisinya, maka ia diliputi oleh rahmat.” (HR. Ahmad melalui Abu Umamah).
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang yang mengunjungi orang sakit, ia berada di sebuah taman surga yang penuh buah-buahan yang bisa di petik sampai ia pulang.” Saya katakan, “Tak ada bedanya antara orang yang baik-baik dan orang yang jahat, hanya saja leluasanya bagi orang yang baik-baik dan terbatas bagi orang yang jahat.” (HR. Muslim dari Tsauban r.a.).
Dalam hadits yang lain juga beliau bersabda, “Bebaskanlah tawanan perang, penuhilah undangan, berilah makan orang yang lapar, dan jenguklah orang yang sakit.” (HR. Abu Musa al-Asy’ari r.a.)
Barangsiapa yang menjenguk saudaranya atau temannya yang sedang sakit, maka ia berada di dalam limpahan rahmat Allah Swt. Dalam hadits lain disebutkan bahwa, “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Hai anak Adam, Aku sakit tetapi ternyata kamu tidak menjenguk-Ku?” Anak Adam menjawab, “Wahai Robbku, bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Rabb semesta Alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kamu ketahui bahwa hamba-Ku yang bernama Fulan sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidakkah kamu ketahui, bahwa seandainya kamu menjenguknya niscaya kamu menjumpai-Ku ada di sisinya? Hai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberi-Ku makan.” Anak Adam menjawab, “Wahai Robbku, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedangkan Engkau adalah Robb semesta Alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kamu ketahui bahwa hamba-Ku yang bernama Fulan meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberinya makan. Tidakkah kamu ketahui seandainya kamu memberinya makan, niscaya kamu menjumpai (pahala) hal tersebut berada di sisi-!Ku. Hai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberi-Ku minum.” Anak Adam menjawab, “Wahai Robbku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Robb semesta Alam?” Allah menjawab, “Hamba-Ku yang bernama Fulan meminta minum kepadamu tetapi kamu tidak memberinya minum, tidakkah kamu ketahui, seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu menjumpai (rahmat-pahala) hal tersebut berada di sisi-Ku.” (HR. Muslim melalui Abu Hurairah r.a.)
Dalam yang lain juga Rasulullah Saw bersabda, “Pahala yang paling utama dalam menjenguk orang sakit ialah cepat berpamitan dari sisi orang yang sakit.” (HR. ad-Dailami melalui Jabir r.a.).
Hadits ini menerangkan tentang etika menjenguk orang yang sedang sakit. Dianjurkan hendaknya apabila seseorang menjenguk orang sakit tidak terlalu lama diam di sisinya. Akan tetapi jika penjenguk itu adalah teman karib yang dirindukannya, atau familinya, atau orang yang akan merawatnya, atau orang saleh yang mendampinginya bila terjadi sesuatu atasnya, maka orang-orang tersebut diperbolehkan diam lama di sisinya.
Semoga kita bisa menjenguk saudara, teman, sahabat dan tetangga kita yang sedang diuji oleh Allah, sakit, sehingga kita dapat rahmat-Nya, berada di taman surga dan senantiasa mendapat shalawat dari malaikat, mendapat pertolongan, dan pahala-Nya. Wallahu A’lam bish-Shawabi.
Penulis, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung, dan mantan Ketua Pimpinan Wilayah Al-Washliyah Jawa Barat.
Discussion about this post