Madania.co.id – Mengajak atau menyampaikan sekaligus memberikan suatu contoh kepada orang lain untuk melakukan perbuatan yang benar di dalam kehidupan adalah definisi tabligh sekaligus tugas inti dari seorang mubaligh.
Menjadi mubaligh bukan hanya sekadar bisa menyampaikan konten dakwah dan menghibur jamaah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dikuasai mubaligh, agar sukses saat bertabligh.
Dilansir dari indonesiainside.id , Profesor Mahmud Yunus dalam buku “Pedoman Dakwah Islamijah” (1968) menulis beberapa sifat yang harus dimiliki oleh mubaligh (da’i) agar maksimal dalam menyampaikan dakwah.
1. Harus mengetahui isi Al-Qur`an dan Sunnah. Ringkasnya, menurut beliau seorang mubaligh harus mengetahui masalah akidah, hukum-hukum dalam Islam beserta hikmah-hikmah yang ada padanya. Bila ditanya tapi tidak tahu, tidak perlu malu untuk menjawab tidak tahu itu lebih baik daripada merasa tahu. Karena jika merasa tahu, akan sesat dan menyesatkan umat.
2. Mengamalkan ilmunya. Istilah beliau, “Jangan sampai perbuatannya menyalahi perkataannya.” Mubaligh yang hanya pintar mengajak tapi tidak bisa mengamalkannya, maka tidak akan menjadi perbaikan bagi masyarakat, justru akan menjadi bahan olokan.
Saat Nabi Isra Mi’raj, beliau diperlihatkan orang laki-laki yang menggunting bibirnya dengan gunting api neraka. Ketika Jibril ditanya perihal orang ini, ia menjawab, “Khatib-khatib dari umatmu yang menyuruh manusia berbuat kebaikan dan melupakan diri mereka sendiri.”
3. Memiliki sifat penyantun dan lapang dada. Untuk mengetuk pintu hati komunikan dakwah, menurut beliau perlu sifat sopan santun dan lemah lembut. Di samping itu, juga penyantun, lapang dada, tak gampang marah dan semacamnya.
4. Memiliki Keberanian untuk menerangkan kebenaran agama. Istilah al-Qur`an, tidak takut pada celaan para pencela. Istilah Arab, “Katakanlah kebenaran, walaupun pahit!” Namun, kebenaran yang disampaikan menurut beliau harus dengan berangsur-angsung, sedikit demi sedikit atau bertahap.
5. Dapat menjaga kehormatan dirinya. Aib bagi mubaligh ketika dalam dakwah mengemis-ngemis atau meminta-minta kepada orang yang didakwahinya. Itu akan merenggut kehormatannya dan hina harga dirinya. Padahal, mubaligh itu mulia di hadapan Allah. Kalau diksi para Nabi, “Yang mengupahku hanya Allah.”
6. Mempunyai lidah yang fasih dan perkataan yang terang. Hal ini supaya dakwahnya mudah dimengerti dan dipahami. Oleh karena itu, perlu kiranya sebelum berdakwah melatih diri berpidato, berkhutbah dan debat supaya sukses dalam bertabligh.
7. Menguasai ilmu-ilmu pokok yang menyangkut dengan tablighnya. Di antaranya: (1) Ilmu Kemasyarakatan, atau kondisi umat yang diseru (2) Ilmu sejarah secara umum dan umat yang diseru (3) Ilmu Jiwa atau Psikologi (4) Ilmu Bumi (5) Ilmu Akhlak, teori dan praktiknya (6) Macam-macam agama berikut alirannya (7) Mengetahui bahasa umat yang akan diseru.
8. Mempunyai keimanan yang teguh dan kepercayaan yang kokoh terhadap Allah tentang janji-Nya yang benar. Intinya, mubaligh tidak boleh berputus asa dalam usahanya melakukan dakwah, meskipun tidak berhasil pada awalnya.
9. Hendaklah berlaku tawadhu (berhati rendah) alias tidak takabur atau sombong. Seorang mubaligh tidak boleh membangga-banggakan ilmunya, merasa paling pintar di hadapan yang diseru. Hal ini justru bisa menjadi penghalang diterimanya dakwah.
10. Menerangkan ilmu yang diketahui dan tidak menyembunyikannya. Dalam surah Al-Baqarah ayat 159 dan 160, disebutkan ancaman bagi orang yang menyembunyikan ilmu, di antaranya akan dilaknat oleh Allah dan orang-orang yang melaknatnya.
(Anisa Fitriani)
Discussion about this post