Madania.co.id, Palestina- Setelah sebelumnya tentara Israel menghancurkan setidaknya 178 bangunan Palestina di Tepi Barat dalam waktu kurang dari 2 Bulan, menyebabkan setidaknya 259 warga Palestina kehilangan tempat tinggal, termasuk 140 anak-anak.
Kini mereka menghancurkannya lagi hampir 90 bangunan Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur al-Quds, menyebabkan sekitar 150 warga Palestina mengungsi selama dua minggu, kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Dalam laporan baru-baru ini, kantor PBB mengatakan bahawa pembongkaran bangunan terjadi pada Februari dan membuat 146 warga Palestina mengungsi, termasuk 83 anak-anak, dan mempengaruhi 330 orang lainnya.
Pada tanggal 3-8 Februari, pasukan Israel merobohkan 37 bangunan di dusun Humsa al-Buqaia di Lembah Jordan utara, menyebabkan 60 warga mengungsi, termasuk 35 anak-anak, tambah laporan itu, seperti dilansir Iqna (22/02/21).
Di Hebron selatan (al-Khalil), militer Israel mengambil alih tujuh bangunan di komunitas Al-Rakeez, Umm al-Kheir dan Khirbet at-Tawamin, mempengaruhi kondisi kehidupan dan mata pencaharian 80 orang.
Tentara Israel juga menghancurkan 13 kios minuman jalanan di Jenin, yang berdampak pada mata pencaharian hampir 70 orang.
Di Yerusalem al-Quds yang diduduki, otoritas Israel merobohkan tujuh bangunan, yang mana empat bangunan di antaranya dihancurkan oleh pemiliknya yang terpaksa demi menghindari biaya pembongkaran yang dikenakan Israel.
Lusinan bangunan juga dihancurkan di Area C, yang terdiri dari lebih 60% populasi Tepi Barat yang diduduki, dan merupakan bagian penting dari negara Palestina di masa depan, yang disebut solusi dua negara.
Rezim Zionis Israel Terkutuk
Sumber dari Kementerian Pertanian Palestina yang dikutip oleh laporan itu mengatakan bahwa pasukan Israel juga menebang 1.000 pohon di dekat Tubas, yang ditanam lagi setelah tentara Israel menebang ribuan pohon di daerah yang sama.
Otoritas Israel biasanya menghancurkan rumah-rumah Palestina di Tepi Barat yang diduduki, mengklaim bahwa bangunan tersebut dibangun tanpa izin, yang hampir tidak mungkin diperoleh.
Mereka juga terkadang memerintahkan pemilik bangunan untuk menghancurkan rumah mereka sendiri atau membayar biaya pembongkaran ke pemerintah kota jika mereka tidak melakukannya.
Pembongkaran terbaru telah menarik kecaman luas terhadap rezim Israel karena mengeksploitasi krisis virus covid-19 untuk terus maju dengan kampanyenya merobohkan rumah-rumah Palestina.
Lebih dari 600.000 orang Israel tinggal di lebih dari 230 permukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel tahun 1967 di wilayah Palestina Tepi Barat dan Yerusalem Timur al-Quds.
Semua permukiman Israel ilegal menurut hukum internasional. Dewan Keamanan PBB mengutuk kegiatan pemukiman Israel di wilayah pendudukan Palestina dalam beberapa resolusi.
Palestina menginginkan Tepi Barat sebagai bagian dari negara Palestina merdeka di masa depan dengan Yerusalem Timur al-Quds sebagai ibukotanya.
Menurut laporan itu, pasukan Israel juga menculik 172 warga Palestina dalam serangkaian serangan di seluruh wilayah pendudukan Palestina selama periode yang sama di bulan Februari.
Kota Ramallah, al-Khalil (Hebron), dan Yerusalem al-Quds di Tepi Barat menjadi sasaran utama dan mengalami jumlah penangkapan tertinggi.
Israel menahan lebih dari 7.000 warga Palestina di penjara-penjara mereka. Sebagian besar narapidana ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan, di bawah kebijakan kontroversial yang dikenal sebagai penahanan administratif. (dzk)
Discussion about this post