Oleh Drs. H. Karsidi Diningrat, M.Ag
JIKA masing-masing kita di suatu masyarakat merasa saling mengasihi serta terikat satu sama lain, niscaya banyak dari permasalahan lingkungan maupun kegelisahan hidup yang kita hadapi akan dapat diselesaikan.
Hal itu disebabkan mayoritas dari problema sosial yang muncul berasal dari perselisihan pribadi di antara kita yang kemudian merembet kepada timbulnya rasa marah, dendam, dan permusuhan.
Jika kita merujuk kepada pedoman yang ditinggalkan Rasulullah Saw. maka akan kita temukan banyak wasiat beliau yang berbicara tentang pentingnya menjaga persaudaraan.
Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:224).
Juga dalam firman-Nya yang lain, yang artinya:
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan kurnia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-Imrân, 3:103).
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda, “Amal perbuatan yang paling disukai Allah sesudah fardhu (wajib) ialah memasukkan kesenangan ke dalam hati seorang muslim.” (HR. Athabrani).
Salah satu hal yang dapat membantu kita mempunyai hati yang tulus adalah, tidak menjadikan peristiwa negatif yang terjadi antara dirinya dengan orang lain sebagai ukuran untuk menilai pribadi orang tersebut. Janganlah melihat orang tersebut dari sisi kejadian itu saja, melainkan lihatlah dia dari sisi kepribadiannya yang positif, atau bahkan pernah membantu kita, dan bergaullah dengannya dengan cara yang baik.
Alangkah indahnya manakala seseorang mempunyai hati yang tulus kepada semua saudaranya sesama mukmin dan juga kepada semua manusia. Tidak ada rasa dengki, dendam, buruk sangka, dan permusuhan antara dia dengan yang lainnya. “Bunuhlah keburukan dari orang lain dengan cara mencabutnya dari hati kita.” (Sahabat).
Rasulullah Saw. bersabda, “Jauhilah (kata-kata yang berupa) prasangka karena sesungguhnya purbasangka merupakan ucapan yang paling banyak mengandung kebohongan. Janganlah kalian saling berusaha mencari tahu aib orang lain, saling memata-matai gerak-gerik orang lain, saling iri dengki, dan saling membelakangi serta saling membenci. Akan tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah Swt. yang bersaudara.” (HR. Al-Bukhari).
Dalam Sabda yang lainnya, “Sorang mukmin bukanlah pengumpat dan suka mengutuk yang keji dan yang ucapannya kotor.” (HR. Bukhari).
Dengki, dendam kusumat, dan permusuhan adalah bagian dari keburukan dan penyakit jiwa. Mengapa kita tidak mencabutnya dari hati kita supaya kita pun membunuhnya dari hati orang lain.
Dalam hadits yang lain beliau bersabda, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera memperbaikinya.” (HR. Al-Bukhari). “Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain.” (HR. ad-Dailami).
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda:
“Janganlah kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya dengan tidak menzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak merendahkannya. Letak taqwa ada di sini (Nabi Saw. menunjuk ke dada beliau sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan saudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya.” (HR. Muslim).”
Bunuhlah keburukan dari orang lain dengan cara mencabutnya dari hatimu.” (Khalifah Rasyidun).
Di antara perbuatan yang mencelakakan penyakit hati ialah sifat dengki atau hasad terhadap di antara kita sebagai kaum muslimin, senang melihat orang lain mendapat kesusahan, penderitaan, memendam permusuhan, busuk hati terhadap orang lain, tidak mempunyai perasaan rahmat dan belas kasihan dan suka berprasangka buruk terhadap sesama kita atau orang lain. Semua sifat ini termasuk perbuatan yang membinasakan.
Nabi Saw bersabda, “Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu (menjawab-membalas) mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya (atau keluarganya) karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia.” (HR. ad-Dailami).
Yang kita harus tahu dan senantiasa harus ingat, bahwa manusia tidak steril dari kesalahan. Sesungguhnya kebahagiaan hakiki hanya akan menjadi milik kita manakala kita menjauhi semua bentuk permusuhan lahir maupun batin dengan orang lain, dan senantiasa menjadik orang yang mempunyai hati yang tulus dan lurus kepada sesama kita.
Rasulullah Saw. telah bersabda, “Muslim yang lain adalah bersaudara bagi masing-masing kalian. Oleh karena itu, berbuat baiklah terhadap mereka, damaikanlah apabila terjadi perselisihan di antara mereka, minta tolonglah kepada mereka terhadap hal-hal yang tidak dapat kalian hadapi, serta bantulah mereka dalam menghadapi hal-hal yang tidak mampu mereka atasi.” (HR. Ahmad).
Wallahu A’lam bish Shawab
Penulis adalah dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung, dan mantan Ketua PW Al Washliyah Jawa Barat.
Discussion about this post