MADANIACOID – Makan bedulang adalah tradisi adat orang Belitung saat makan bersama. Terdapat tata cara tersendiri saat makan bedulang. Makan tidak boleh sembarang makan, harus ada etika dan tata kramanya.
Dalam makan bedulang ada filosofi yang dinamakan “sama rata, sama kenyang”. Makan bedulang tidak dilakukan secara prasmanan, tetapi disediakan dalam nampan yang berbentuk bundar yang disebut dengan “dulang”. Setiap dulang diperuntukkan bagi empat orang. Sebagai bentuk kesamarataan, semua orang harus duduk bersila saat menyantap makan bedulang.
Saat makan bedulang kita tidak bisa langsung melihat isinya. Pasalnya dulang ditutup dengan tudung saji yang terbuat dari anyaman daun lais yang dicat dengan warna merah. Merah merupakan warna tradisi di Belitung. Sementara, daun lais dipilih karena panjang dan kuat sehingga cocok dijadikan anyaman. Terdapat juga rajutan berwarna putih yang diletakkan di atas tudung saji yang disebut dengan “lambak”. Lambak memiliki filosofi bahwa orang Belitung memuliakan makan.
Makan bedulang masih sering dilakukan oleh orang Belitung. Terutama di acara-acara sakral di desa-desa. Misalnya saat pesta pernikahan atau acara adat yang mengundang banyak orang untuk makan bersama.
Petugas Makan Bedulang
Dalam makan bedulang terdapat koordinator yang disebut dengan “Mak Panggong”. Mak Panggong mengatur apa saja yang akan disajikan dalam makanannya. Dia juga yang mengkoordinasi warga saat memasak.
Dalam makan bedulang biasanya disajikan 5-6 piring jenis lauk dan 1 jenis makanan berkuah. Isi dulang bisa berbeda-beda. Tergantung kekayaan alam yang dimiliki daerah tersebut dan kemampuan tuan rumah yang menyelenggarakan makan bedulang.
Penataan hidangan makan bedulang dilakukan oleh orang yang disebut “tukang berage”. Tukang berage bertugas meletakkan makanan di atas dulang. Makanan berkuah harus dihidangkan di tengah.
Setelah tukang berage menyusun makanan, dilakukan pemeriksaan oleh “tukang perikse dulang”. Tugasnya adalah memastikan kelengkapan lauk-pauk yang disajikan.
Mak Panggong, tukang berage, dan tukang perikse dulang adalah tiga petugas dibalik layar. Kemudian, terdapat juga tiga petugas lain yang memastikan perlengkapan di hadapan tamu. Ketiganya, yaitu “penata hidangan” yang menyiapkan makanan dan peralatan makan, “tukang ngisi aik” yang bertugas mengisi air minum ke dalam gelas, dan “tukang ngangkat dulang” yang mengangkat dulang ke hadapan para tamu.
Bagaimana Tata Cara Makan Bedulang?
Terdapat tata cara yang harus dipatuhi saat makan bedulang. Ketika dulang di antar ke hadapan para tamu, minimal harus dilakukan oleh 3 orang. Dulang harus diangkat dengan kedua tangan. Saat meletakkan dulang, kaki kanan harus ditekuk ke atas lutut dan tidak boleh membelakangi tamu.
Setelah dulang diletakkan, para penyulu gawai menyalami para tamu dan mengatur posisi mereka. Di luar dulang disediakan piring dan peralatan makan serta nasi.
Orang yang paling muda di antara empat orang yang berbagi dulang, harus menyerahkan piring kepada tukang ngangkat dulang atau orang yang paling tua. Hal tersebut merupakan bentuk rasa hormat anak muda kepada orang yang lebih tua.
Setelah piring dibagikan, orang yang paling tua akan mengangkat tudung saji dan mengambil nasi serta lauk-pauk terlebih dahulu. Kemudian, barulah diikuti tiga orang lainnya yang berbagi dulang.
Saat makanan selesai disantap, seluruh peserta makan bedulang wajib mencuci tangan di wadah yang disediakan. Lalu, mengeringkan tangan dengan serbet berlipat empat dan harus dikembalikan seperti semula.
Makan bedulang yang merupakan tradisi makan bersama orang Belitung sering ditemukan dalam acara Maras Taun, Nyelamatek Anak (syukuran kelahiran anak), Gawai (resepsi pernikahan), dan acara sedekah saat memasuki Bulan Ramadhan atau dikenal dengan sedekah di Bulan Ruwah. Prosesi makan bedulang menggambarkan nilai-nilai gotong royong atau kebersamaan, toleransi antar sesama, dan etika yang baik dalam bermasyarakat.***(Anisa Pabelia)











Discussion about this post