MADANIACOID – Gempa termasuk salah satu bencana alam yang sering menghinggapi Indonesia dan tidak bisa diprediksi kemunculannya. Kabupaten Cianjur dilanda gempa berkekuaran 5,6 magnitudo yang mengakibatkan bangunan rumah warga hancur, pada (21/11/2022). Terdapat 124 kali gempa susulan di Cianjur yang dirasakan hingga 22 November pagi.
“Berdasarkan analisis dari lokal episenter dan kedalaman hiposenter, gempa Cianjur merupakan jenis gempa dangkal yang diduga akibat aktivis sesar Cimandiri,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Lantas, apa sih Sesar Cimandiri itu?
Sesar adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergerakan baik berupa geseran, naik atau turun, demikian definisi menurut laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sesar Cimandiri merupakan parahan geser aktif sepanjang kurang lebih 100 kilometer. Sesar ini memanjang dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut yang melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Subang.
Menurut Jurnal Universitas Padjadjaran (Unpad) Volumer 15, Nomor 3, Desember 2017 yang berjudul Tektonik Sesar Cimandiri Provinsi Jawa Barat, terdapat enam struktur sesar regional di wilayah Jawa Barat yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Cipeles, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Pelabuhan Ratu, dan Sesar Citanduy.
Sesar Cimandiri Bukan Penyebabnya
Peneliti senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo mengatakan bahwa gempa yang terjadi di Cianjur akibat dari pergerakan lempeng tektonik dan menekan wilayah Indonesia sejak jutaan tahun lalu dan sumber gempa darat sesar aktif tersebut masih belum diketahui secara pasti.
“Namun, letak sesar yang berada jauh di sebelah utara tempat kejadian dipastikan bukan penyebab dari Gempa Cianjur ini,” ujarnya, dikutip dari laman resmi ITS pada Minggu (18/12/2022).
Gempa Cianjur memiliki guncangan yang cukup terasa, meski kekuatannya kecil tetapi posisi gempa yang dangkal mengakibatkan kerusakan parah terhadap bangunan yang berada di atasnya.
“Pemicu gempa Cianjur Magnitudo 5,6 pada 21 November 2022 adalah patahan atau Sesar Cugenang. Ini adalah sesar baru teridentifikasi dalam survei yang dilakukan BMKG,” jelas Dwikorita dalam Konferensi Pers di Jakarta, dikutip dari laman resmi BMKG pada (18/12/2022).
BMKG mendorong Pemda Cianjur untuk segera merelokasi pemukiman warga di sepanjang area patahan atau Sesar Cugenang. Area sesar sesar seluang 9 kilometer persegi dinyatakan sebagai area yang berbahaya untuk dihuni oleh masyarakat karena rawan gempa.
Menurutnya jalur patahannya berada di wilayah Cugenang maka dinamakan Sesar Cugenang. Sebelumnya gempa di Cianjur diduga aktivitas dari Sesar Cimandiri karena berda didekat sesar tersebut.
Pemerintah untuk Memetakan Mitigasi Gempa
Mitigasi yang paling ideal tentu menghindari hidup di daerah bencana. Lahan pertanian yang subur tetap dijaga untuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan sehingga populasi manusia yang tinggal di daerah rawan gempa berkurang.
Namun, pemukiman yang telah terlanjur berada di kawasan rawan gempa pilihan yang paling memungkinkan yaitu hidup berdampingan dengan gempa. Pembangunan gedung untuk rumah, sekolah, rumah sakit, kantor, dan pusat bisnis diharuskan bangunan tahan gempa seperti yang sudah dilakukan oleh Jepang.
Indonesia juga sebetulnya telah memiliki sejumlah aturan dan standar untuk bangunan tahan gempa, tetapi kondisi ekonomi dan pengawasan yang lemah membuat aturan dan standar tersebut sulit dipenuhi. Hal tersebut diperlukan inovasi jalan keluar untuk membuat rumah tahan gempa.
Di sisi lain pelatihan tanggap bencana gempa harus masuk menjadi kurikulum di sekolah dasar dan menengah terutama di Sukabumi, Cianjur, Subang, Purwakarta, dan Bandung. Tidak hanya masuk kurikulum, masyarakat luas pun harus diedukasi terkait tanggap bencana. Hanya dengan mitigasi dan adaptasi bencanalah diharapkan bayangan yang menghantui jatuhnya ratusan korban jiwa akibat gempa dapat dihindari di negeri ini.
Tidak hanya pihak pemerintah saja yang harus menggalakan hal tersbut tetapi diperlukan kesadaran semua pihak untuk melakukan mitigasi dan adaptasi hidup di daerah rawan gempa seperti zona sesar Cimandiri.***(Citra Listiani)











Discussion about this post