Oleh Karsidi Diningrat
Tidak diragukan lagi bahwa tanda-tanda kenabian (Mukjizat) dan keuniversalan risalah Nabi Muhammad Saw. itu banyak. Bahkan, lebih banyak dibandingkan dengan tanda-tanda para nabi sebelumnya. Mukjizat terbesar beliau adalah Al-Qur’an yang hingga kini keutuhan dan kemurniannya masih terjaga. Tidak ada sedikit pun perubahan di dalamnya. Ia berlaku sepanjang zaman sehingga keberadaannya seakan-akan sebagai saksi mata yang hidup.
Mukjizat menurut bahasa adalah keistimewaan yang dimiliki orang-orang tertentu. Adapun menurut istilah (teologi), adalah sesuatu yang di luar kemampuan dan kebiasaan manusia, yang diberikan Allah kepada hamba pilihan-Nya, yakni para nabi, sebagai bukti kebenaran dan keabsahan risalah yang dibawanya. I’jaz adalah hal-hal yang tidak mampu diciptakan manusia. Adanya i’jaz Al-Qur’an berarti kekalnya mukjizat, sebab kekalnya mukjizat berarti pula kekalnya Islam. Kekalnya mukjizat yaitu adanya kontinuitas ketidakmampuan manusia untuk membuat hal serupa. Al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal dan sampai saat ini tidak seorang pun mampu menciptakan hal serupa.
Mukjizat Terbesar
Al-Qur’an, kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., adalah mukjizat terbesar, yang hingga kini masih berlaku, bahkan sampai hari kiamat kelak, sebagaimana Sabda Nabi Saw, “Tidak ada seorang nabi kecuali diberi bukti-bukti keagungan dengannya manusia beriman. Adapun aku diberi wahyu (Al-Qur’an) oleh karena itu aku berharap kelak lebih banyak pengikut di hari kiamat.” (HR. Bukhari).
Maksud hadits di atas bukanlah Al-Qur’an itu satu-satunya mukjizat beliau, tapi Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang khusus diturunkan kepada beliau. Mukjizat ini berbeda dengan mukjizat para nabi sebelumnya. Mukjizat para nabi sebelumnya bersifat terbatas, yakni hanya berlaku bagi orang-orang yang hidup di zamannya. Setelah nabi itu meninggal, maka mukjizat tersebut tidak berlaku lagi.
Pada zaman Fir’aun. Sihir pada masa itu memang tengah merajalela di kalangan umat Nabi Musa a.s. Karena itu, Allah menurunkan kepada Nabi Musa as tongkat yang – bisa menjadi ular – dapat menandingi sihir umatnya sekaligus mengalahkannya. Namun, hal itu tidak berlaku lagi bagi umat di luar zaman Nabi Musa as.
Begitu juga dengan Nabi Isa a.s., yang hidup pada zaman populernya ilmu kedokteran. Ketika itu Allah menurunkan mukjizat kepada Nabi Isa a.s untuk menandingi ilmu tersebut, seperti: menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan penyakit lepra serta belang, serta menciptakan burung dari tanah berkat izin Allah. Begitu juga beliau dapat mengetahui hal-hal gaib, mendatangkan makanan dari langit, dilahirkan tanpa ayah, dapat berbicara ketika ia masih dalam buaian, serta masih banyak lagi mukjizat lainnya.
Ketika Islam muncul, bangsa Arab pada saat itu tengah mendewakan sastra dan retorika. Karena itu, Allah Swt. menjadikan Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. telah berfirman, “Yang tidak akan didatangi (Al-Qur’an) oleh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat [41]: 42).
Melebihi Semua Mukjizat
Mukjizat Al-Qur’an ini melebihi semua mukjizat yang ada, sebab ia berlaku sepanjang zaman. Tidak seperti mukjizat-mikjizat lain yang sudah lama terkubur dan tinggal cerita. Al-Qur’an masih berlaku hingga kini, bahkan sampai hari kiamat kelak. Orang-orang seakan masih mendengarkannya langsung dari lisan Rasulullah Saw.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan hal ini dalam Al-Qur’an dengan cara beragam. Dia menjelaskan kebenaran Rasulullah Saw., bahwa beliau adalah rasul yang paling jujur, yang menyeru pada ajaran para nabi dan rasul sebelumnya. Seluruh kelebihan dan kebaikan para nabi dan rasul terdahulu terhimpun pada diri Muhammad Saw. beliau terlepas dari kesalahan, cela manusiawi, dan dosa. Itulah sebabnya, kenapa Rasulullah Saw. menempati puncak kesempurnaan makhluk. Ajarannya pun mencakup seluruh ajaran para nabi dan rasul sebelumnya. Kitab sucinya merangkum seluruh kitab suci mereka. Semua keindahan yang ada pada semua agama dan kitab suci menyatu dalam Al-Qur’an. Agama ini (Islam), memiliki kelebihan dan kesempurnaan karakter, tak ditemukan pada kitab suci mana pun.”
Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda, “Aku adalah penghulu anak Adam di hari kiamat, tanpa membanggakan diri, dan di tanganku terletak panji-panjian, tanpa membanggakan diri. Tiada seorang nabi pun di hari tersebut (hari kiamat) mulai dari Nabi Adam hingga nabi-nabi yang lainnya kecuali berada di bawah panjiku. Aku adalah orang pertama yang bumi terbelah karena aku keluar dari dalamnya, tanpa membanggakan diri, dan aku adalah orang pertama yang dapat memberi syafaat, serta aku adalah orang pertama yang diperbolehkan memberi syafaat, tanpa membanggakan diri.” (HR. Imam Ahmad melalui Abu Sa’id al-Khudri r.a.). Dalam hadits lain disebutkan, “ … para nabi diutus untuk kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus untuk segenap manusia,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan nabi kita Muhammad Saw. Beliau adalah makhluk Allah yang paling mulia secara mutlak. Keutamaan dan kemuliaannya dapat kita baca nelalui hadits ini yang menyatakan, bahwa Nabi saw adalah pemimpin semua anak Adam di hari kiamat kelak. Di tangan beliaulah terpegang panji Al-Hamdu (pujian). Semua nabi sejak dari nabi Adam sampai nabi-nabi lainnya, berada di bawah panji beliau. Beliau adalah orang yang mula-mula bumi terbelah mengeluarkannya sebelum manusia lainnya. Beliau adalah orang pertama yang diizinkan memberi syafaat. Disamping itu Nabi Muhammad saw adalah seorang Nabi yang paling banyak pengikutnya karena syariat beliau terus berlangsung hingga hari kiamat.
Dalam hadits yang lain disebutkan, “Seandainya Nabi Musa diturunkan lalu kalian mengikutinya dan meninggalkan aku, niscaya kalian sesat. Aku adalah bagian kalian dari para Nabi, dan kalian adalah bagianku dari kalangan umat manusia.” (HR. Baihaqi dari Abdullah ibnul Haris). Jangankan manusia biasa, bahkan seandainya Nabi Musa diikuti, lalu nabi Muhammad Saw. ditinggalkan, niscaya orang yang bersangkutan masih dikatakan sesat karena zaman sekarang adalah zamannya Nabi Muhammad Saw. dan semua orang yang ada padanya menjadi umatnya. Barang siapa yang mengikuti kepada selain Nabi Muhammad Saw., maka ia adalah sesat. Dapat disimpulkan dari hadits ini bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. berfungsi men-mansukh semua agama yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu.
Keistimewaan Al-Qur’an
Al-Qur’an mengandung beragam kemukjizatan sebagai salah satu bagian dari keistimewaan Al-Qur’an. Dalam hal ini Said bin Ali Al-Qahthani berpendapat bahwa keistimewaan Al-Qur’an, di antaranya adalah:
Mengandung Nilai Sastra
Allah Swt. menyatakan kenabiannya dengan menjelaskan, bahwa beliau adalah sosok yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Beliau tidak pernah duduk berguru pada seorang pun yang mengerti kitab-kitab terdahulu. Namun, Al-Qur’an yang dibawanya menggemparkan seluruh makhluk. Bahkan, seandainya jin dan manusia bersatu untuk menulis, menyusun kalimat-kalimat sebaik dan seindah Al-Qur’an ini, mereka tidak akan pernah mampu membuat yang serupa dengannya, atau yang serupa dengan sebagian kecil isinya. Al-Qur’an menjelaskan secara gamblang kisah-kisah para nabi terdahulu berdasarkan fakta-fakta yang akurat. Kemudian, Allah Swt. menjelaskan, bahwa tidak ada cara untuk sampai pada tahap ini, kecuali melalui wahyu dari-Nya.
Dalam hal ini Allah Swt. berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (QS, Al-Isra’, [17]: 88). Dalam firman-Nya yang lain disebutkan, “Ataukah mereka mengatakan, ‘Dia (Muhammad) mereka-rekanya.’ Tidak! Merekalah yang tidak beriman. Cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al-Qur’an) jika mereka orang-orang yang benar.” (QS, Ath-Thuur, [52[; 33-34).
Bahkan sudah menjadi kepastian Allah, seandainya semua makhluk ini saling menolong untuk membuat satu surat yang semisal Al-Qur’an, semuanya tetap tidak akan mampu melakukannya. Ketidakmampuan ini berlaku untuk semua makhluk, semenjak Rasulullah diutus sampai hari ini, bahkan sampai hari kiamat nanti.
Orang-orang Yahudi tidak disebut mengimani kenabian Musa a.s. jika mereka mengingkari kenabian Muhammad Saw. Begitu pula orang-orang Nashrani tidak disebut mengimani kenabian Al-Masih jika mereka mengingkari kenabian Muhammad saw., Sebab, barang siapa yang tidak mengimani satu nabi saja, berarti ia tidak mempercayai semua nabi. Dengan demikian, sia-sialah imannya, seperti difirmankan Allah Swt, ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimaman kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahala. Dan adalah Allah Maha Mengampun lagi Maha Penyayang.” (QS, An-Nisaa’ [4]: 150-152).
Orang-orang Islam mengimani kenabian Musa, Isa, serta nabi-nabi lain, disamping mengimani kenabian Muhammad Saw. Selain itu, iman kepada nabi-nabi lain merupakan syarat untuk mengimani kenabian Muhammad saw. Umat Islam mengenal nabi-nabi lain melalui Muhammad dan Al-Qur’an. Tanpa beliau, kita tidak tahu tentang kenabian Musa dan Isa a.s. Tanpa Al-Quran, kita tidak akan tahu tanda-tanda para nabi terdahulu. Muhammad Saw. dan kitabnya mengakui kenabian Musa dan Isa a.s. Namun sebaliknya, orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak mengakui kebenaran dan kenabian Muhammad Saw. Padahal dalam hal ini Isa Al-Masih mengakui tentang ini, sebagaimana firman Allah Swt, “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) … “. (QS, Ash-Shaff [61]: 6).
Mengandung Informasi tentang Hal-hal Gaib
Keistimewaan lain dari Al-Qur’an adalah mengandung informasi tentang hal-hal gaib yang tidak dapat ditangkap oleh penglihatan manusia. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah. Dalam hal ini Allah telah berfirman, “Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang gaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS, Al-An’am [6]: 59).
Informasi tentang hal-hal gaib ini bermacam-macam, di antaranya: 1) informasi tentang kejadian masa lampau, seperti kisah-kisah atau sejarah, 2) informasi tentang kejadian masa kini. Allah mengabarkan Rasul-Nya tentang hal-hal gaib yang terjadi pada masa kini, seperti terbukanya rahasia orang-orang munafik, berbagai macam penyimpangan yang dilakukan umat Islam, atau hal-hal lain yang tidak diketahui kecuali hanya oleh Allah. 3) informasi tentang kejadian yang akan datang. Allah mengabarkan Rasul-Nya tentang peristiwa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang. Semua itu menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Keistimewaan Tasyri ’
Keistimewaan lain dari Al-Qur’an adalah keberadaannya dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Manusia adalah makhluk lemah dalam hal menangani kasus-kasus atau problema kehidupan. Sering apa yang diperkirakan manusia tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab, manusia adalah tempat kekurangan dan kesalahan. Manusia tidak dapat mengetahui segala kelemahan yang ada. Apa yang terjadi esok yang berkenaan dengan kemashlahatan ataupun kemadaratannya tidak dapat diketahui secara pasti.
Demikian pula dalam hal menciptakan perundang-undangan, manusia begitu lemah. Karena itu, kehadiran Al-Qur’an sebagai petunjuk syar’i merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi bagi manusia. Kalamullah yang tidak tercemar, sempurna, dan terpelihara kemurniannya ini dapat memberi kemashlahatan bagi manusia dan memberi petunjuk ke jalan yang benar, di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS, Al-Isra’ [17]: 9).
Dalam pandangan Said bin Ali Al-Qahthani bahwa secara global, syariat dalam Al-Qur’an berisi empat kemashlahatan:
- Mencegah kerusakan. Ada enam jenis kerusakan, yakni kerusakan: agama, jiwa, akal, keturunan, kehormatan diri, dan harta benda.
- Menjaga kemashlahatan. Al-Qur’an telah membuka pintu segala bentuk kemashlahatan dari berbagai segi dan menutup rapat-rapat segala sesuatu yang dapat mendatangkan madarat.
- Menjungjung kemuliaan akhlak dan perilaku. Al-Qur’an mampu memecahkan segala bentuk problema kehidupan yang tidak bisa dipecahkan manusia. Ia referensi terlengkap untuk kepentingan hidup manusia, di dunia dan di akhirat. Ia merupakan kumpulan kaidah yang sistematis yang dapat menunjukkan manusia ke jalan yang lurus.
- Berisi ilmu pengetahuan. Al-Qur’an menyampaikan informasi tetang berbagai ilmu pengetahuan yang dapat diungkap dan dimanfaatkan manusia. Dalam hal ini Allah Swt. berfirman, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS, Fushshilat [41]:53).
- Apa yang dijanjikan Allah dalam ayat di atas benar-benar sudah terbukti pada zaman modern ini. Manusia kini sudah dapat menyingkap berbagai rahasia Allah tentang ufuk, angkasa. Berbagai penemuan baru dan teknologi modern yang sebelumnya belum pernah ditemukan orang, kini sudah ditemukan. Misalnya, penemuan teknologi pesawat terbang dan kapal selam tenaga nuklir, dan lain-lain.
Siapakah yang menginformasikan kepada Muhammad sebelum 1442 tahun yang lalu? Dan semua ini merupakan bukti nyata bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Pada zaman kemajuan sains dan teknologi ini, manusia kini sudah dapat mengungkap segala yang terkandung dalam bumi, langit, ataupun lautan. Manusia dapat meneliti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda padat, dan sebagainya.
Semua kejadian dan informasi itu dijelaskan secara akurat dan mendetail dalam Al-Qur’an. Kalangan ahli kitab, yang ada saat itu maupun setelahnya, tidak menafikan kebenaran kisah itu apalagi menentangnya. Ini adalah bukti kuat betapa Al-Qur’an merupakan mukjizat Muhammad Saw. yang agung dan benar-benar bahwa Muhammad Saw. seorang utusan. Wallahu a’lam bish-shawwab.
Discussion about this post