Madania.co.id – Digelarnya acara Rapat Koordinasi (Rakor) terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Difteri, oleh Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemdakab) Garut melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut.
Acara tersebut dilaksanakan di Ruang Rapat Kantor Dinkes Garut, Jalan Proklamasi, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut (23/2/2023). Sebagaimana dilansir dari laman resmi Jabarprov pada Jumat, 24 Februari 2023.
Rakor yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Garut, Nurdin Yana, di mana diikuti juga oleh Wakil Direktur RSU dr. Slamet Garut, Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Guntur, dan perwakilan rumah sakit swasta lainnya, Sekretaris Dinkes, dan Jajarannya, perwakilan rumah sakit swasta, Forum Garut Sehat, dan Perangkat Daerah di Pemdakab Garut.
Nurdin Yana menginstruksikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk sama-sama bergerak bersama dalam mengatasi penyakit Difteri sesuai dengan tugas dan fungsinya.
“Saya sudah instruksikan beberapa hal terkait dengan sesuai fungsional masing-masing SKPD, di situ ada BPBD tentu sesuai dengan fungsinya saya mintakan seperti itu, kemudian DPMD, kemudian Disdik, Dinsos, dengan Diskominfo, semua saya minta semua untuk menggempuri ini semua, sehingga penyakit Difteri yang (menyerang) bisa kita atasi,” ujar Sekda Garut.
Harapan Nurdin Yana untuk beberapa masyarakat yang telah terpapar penyakit difteri bisa sembuh kembali, hal ini sesuai dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak dan pelaksanaan vaksinasi yang akan dilakukan pada Senin (27/02/2023) nanti.
Tindak Lanjut Penyakit Difteri
Sementara itu, Sekretaris Dinkes Garut, dr. Leli Yuliani, menuturkan, menindaklanjuti merebaknya penyakit Difteri di Kabupaten Garut, pihaknya akan melakukan ORI atau outbreak response immunization, yaitu kegiatan imunisasi massal bagi masyarakat.
Ia juga memaparkan pihaknya sudah melakukan beberapa upaya untuk menangani penyakit difteri ini, mulai dari deteksi dini bagi yang bergejala seperti difteri, kemudian mensosialisasikan ke semua fasilitas kesehatan untuk bisa melakukan deteksi dini penyakit difteri, hingga melakukan screening-screening orang yang positif difteri. terhadap masyarakat yang kontak erat dengan orang yang positif difteri.
“Kemudian kita juga melakukan rujukan bagi yang positif bergejala, dan kemudian kita juga melakukan pemberian profilaksis bagi yang memang kontak erat seperti itu, dan juga memang ada yang di rumah yang isolasi mandiri yang tanpa gejala ya dewasa itu memang diberikan profilaksis, tapi memang dia memang harus isolasi mandiri, dan kemudian kita juga rencana akan melakukan imunisasi ya untuk 15 tahun ke bawah,” ungkapnya.
Hingga saat ini, imbuh dr. Leli, yang terkonfirmasi positif ada 7 orang, di mana 5 diantaranya sudah dirawat di rumah sakit.
dr. Leli juga menjelaskan ada beberapa gejala dari penyakit difteri ini, seperti demam, nyeri tenggorokan, hingga kesulitan untuk menelan.
“Dan yang kalau sudah parah, itu adalah bisa menyebabkan infeksi pada otot jantung (atau) miokarditis, karenakan Difteri itu mengeluarkan bakteri, Difteri itu mengeluarkan racun yang bisa nanti yang paling berat adalah menyebabkan infeksi pada otot jantung yang disebut miokarditis,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk melengkapi status imunisasi anak-anak, karena jika status imunisasi tidak lengkap maka suatu saat anak tersebut akan mudah tekena bakteri atau virus, kemudian masyarakat juga diharapkan memperkuat imunitas tubuh dengan makanan bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup.
Discussion about this post