Bandung, madania.co.id – Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyambut optimistis kehadiran Gerakan Sehati yang diluncurkan oleh BKKBN bersama PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) sebagai upaya percepatan eliminasi kasus stunting baru di wilayahnya.
Kolaborasi ini menjadi wujud konkret dari pendekatan pentahelix yang selama ini kerap didengungkan namun minim implementasi nyata.
Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan, yang juga menjabat Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi, menyebut capaian terbaru Jabar sebagai penurunan tertinggi se-Indonesia. Dari 21,7 persen pada 2023, angka prevalensi stunting menurun drastis menjadi 15,9 persen pada 2024.
“Ini adalah bentuk kerja nyata. Jangan cuma bicara pentahelix, tapi tidak turun ke lapangan. Gerakan Sehati membuktikan kolaborasi itu mungkin,” ujar Erwan dalam sambutannya di Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Ia memuji kontribusi besar para ibu kader di lapangan, terutama dari Tim Pendamping Keluarga (TPK), sebagai garda terdepan upaya pencegahan stunting. Baginya, data statistik hanyalah hasil akhir dari kerja keras komunitas akar rumput yang konsisten dan penuh dedikasi.
Mengambil contoh dari pengalamannya di Sumedang, Erwan menyampaikan bahwa pendekatan teknologi juga bisa mempercepat penanganan. Di sana, ibu hamil dilengkapi gelang digital yang terhubung ke sistem deteksi Dinas Kesehatan. Jika terdeteksi anemia, petugas puskesmas langsung bergerak memberi intervensi gizi.
“Jangan tunggu data telat. Kita harus deteksi cepat. Teknologi bisa dimanfaatkan, tapi yang terpenting tetap komitmen dan kolaborasi,” tegas Erwan, yang disambut antusias warga dan pemangku kebijakan lokal.
Ia pun berharap Kabupaten Bandung bisa mengikuti jejak Sumedang dalam hal percepatan zero new stunting. Dengan dukungan sektor swasta seperti PTPN 1, impian tersebut bukan hal mustahil.
“Ini bukan semata program, ini investasi masa depan. Jika anak-anak hari ini sehat, pintar, tidak stunting—Indonesia besok akan lebih kuat,” pungkasnya.***











Discussion about this post