Kabupaten Bandung, madania.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) akan membedah dua rumah tidak layak huni (rutilahu) milik keluarga berisiko stunting di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Program ini merupakan bagian dari upaya percepatan penanganan stunting berbasis kolaborasi lintas sektor. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji, turun langsung ke lokasi bersama Direktur Pendayagunaan dan Pendistribusian Lazismu PP Muhammadiyah, Ardi Luthfi Kautsar, Sabtu (12/7/2025).
Keduanya meninjau langsung kondisi rumah dua keluarga yang masuk dalam data Keluarga Berisiko Stunting (KRS). Rumah pertama, milik pasangan Roisah dan Aceng, dihuni oleh tiga kepala keluarga dengan total 12 orang.
Mereka tinggal di sebuah rumah seluas 60 meter persegi di Kampung Cimanggu, Patengan. Kondisi serba terbatas itu diperparah oleh minimnya sanitasi dan ventilasi yang tidak memadai.
Sementara itu, rumah kedua dihuni oleh lima orang, termasuk seorang ibu hamil dan seorang anak balita, tanpa fasilitas jamban layak. “Ini bentuk intervensi nyata dari program Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Dalam hal ini, Lazismu turut menjadi mitra penting,” kata Menteri Wihaji usai menyerahkan bantuan dikutip, Senin (14/7/2025)
Ia menjelaskan, bantuan ditujukan tepat sasaran berkat data keluarga berisiko stunting yang dimiliki BKKBN secara by name by address. “Kami ingin pendekatannya cepat, tidak harus menunggu prosedur panjang seperti mekanisme pemerintah. Maka, kami libatkan sektor non-pemerintah,” ujar Wihaji.
Lazismu Siapkan Dana Rp50 Juta per Rumah
Menurut Ardi Luthfi Kautsar, Lazismu akan mengalokasikan bantuan sebesar Rp50 juta untuk masing-masing rumah, mencakup biaya rehabilitasi hingga tenaga kerja.
“Kami ingin keluarga penerima bantuan langsung bisa tinggal di rumah yang layak, sehat, dan aman,” ujarnya.
Selain pembangunan fisik, program ini juga diharapkan menjadi contoh sinergi antara pemerintah, lembaga zakat, dan masyarakat dalam menurunkan angka stunting di Indonesia.
Desa Patengan, yang berada di kawasan wisata Rancaupas, dipilih karena memiliki sejumlah keluarga rentan yang belum tersentuh bantuan struktural.***











Discussion about this post