Oleh : Iwan Setiawan
Bandung, Madania.co.id – Dalam sebuah hadits diriwayatkan Ahmad, Rasulullah SAW pernah bersabda penuh kerinduan:
“Sungguh, aku sangat rindu kepada ikhwan fillah-ku.”
Ketika para sahabat bertanya, Nabi menjawab, “Kalian adalah sahabatku. Adapun ikhwan fillah-ku adalah kaum yang beriman kepadaku padahal mereka tidak pernah melihatku.”
Hadits ini menjadi cermin bagi kita, umat Islam hari ini. Rasulullah SAW telah mencintai umatnya bahkan sebelum kita lahir, merindukan generasi yang hanya mengenalnya lewat kisah dan hadits, tapi tetap setia mencintai beliau tanpa pernah bertemu.
Namun, pertanyaan yang perlu direnungkan: Apakah kita termasuk umat yang dirindukan Nabi? Ataukah hanya menjadi generasi yang sibuk mengagumi tanpa meneladani?
Bayangkan, jika Rasulullah SAW hadir hari ini. Apakah beliau akan melihat rumah kita dipenuhi tilawah Alquran, atau justru hiburan yang melalaikan? Apakah media sosial kita berisi doa dan nasihat, atau malah hoaks dan ujaran kebencian? Apakah beliau akan menyaksikan kejujuran kita dalam bekerja, atau malah kebohongan demi keuntungan sesaat?
Realitas generasi kini pun tak jarang membuat kita tertunduk. Banyak anak muda lebih hafal lagu viral ketimbang hadits, lebih bangga mengikuti tren media sosial daripada menghadiri majelis ilmu.
Renungan ini menampar hati: jika Rasulullah SAW hadir, akankah beliau tersenyum bangga atau meneteskan air mata melihat umatnya hari ini?
Maka, sudah seharusnya kerinduan Nabi SAW kita balas dengan ketaatan, cinta, dan usaha sungguh-sungguh meneladani akhlaknya. Agar kelak kita pantas berdiri di barisan beliau, meminum dari telaga al-Kautsar, dan diakui sebagai umat yang benar-benar dirindukan.
“Ya Rasulullah, maafkan kami, umatmu yang sering mencintaimu di lisan, namun enggan meneladanimu dalam perbuatan.”











Discussion about this post