Bandung, madania.co.id — Pada beberapa gerbong Commuter Line di Bandung, suasana Natal tidak selalu hadir dalam gegap gempita.
Di antara tas, koper, dan bungkusan hadiah kecil, ada penumpang yang pulang setelah berbulan-bulan merantau, ada pula keluarga yang memanfaatkan libur sekolah untuk bertemu sanak saudara.
Di jalur rel itu, perjalanan menjadi bentuk perayaan yang paling sederhana.
Selama masa angkutan Natal dan Tahun Baru 20–25 Desember 2025, KAI Commuter Wilayah 2 Bandung mencatat 372.401 pengguna.
Sebagian besar bukan hanya pelaju rutin — melainkan warga yang sedang menuju pertemuan keluarga, ibadah, dan perjalanan pulang.
VP Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda, menyampaikan ungkapan hangat bagi para pengguna.
“Atas nama manajemen KAI Commuter, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal 2025 bagi seluruh pengguna yang merayakan. Semoga semangat Natal membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi kita semua.”
Ia menegaskan komitmen perusahaan menjaga layanan di hari yang dianggap istimewa bagi banyak orang.
“Kami berkomitmen untuk terus menemani perjalanan Anda di hari yang istimewa ini dengan pelayanan terbaik.” katanya.
Hingga pukul 15.00 WIB pada 25 Desember, tercatat 59.675 pengguna telah memanfaatkan layanan Commuter Line Bandung.
Mobilitas Natal Bukan Hanya Soal Kepadatan — Tetapi Soal Makna Perjalanan
Data menunjukkan kenaikan pengguna sejak akhir pekan, namun di balik angka-angka itu ada kisah lain yakni penumpang yang berhenti sejenak untuk menenteng parcel, anak kecil yang menggenggam tangan ibunya lebih erat, dan lansia yang duduk lebih lama di bangku stasiun.
Stasiun Bandung menjadi titik kedatangan utama, sementara Stasiun Cikarang berfungsi sebagai simpul transit regional.
Di sisi lain, Stasiun Sasaksaat hanya mencatat sedikit pengguna — memperlihatkan bahwa tidak semua perjalanan harus ramai untuk tetap berarti.
Di jalur Cibatu–Garut, peningkatan perjalanan bukan sekadar tren wisata.
Banyak penumpang datang untuk satu alasan sederhana: pulang.
Kereta Komuter sebagai Ruang Sosial Kota
Natal tidak hanya dirayakan di gereja-gereja — sebagian harinya dilalui di peron, antrean tap kartu, atau di kursi panjang gerbong komuter.
Di rel yang menghubungkan Bandung Raya, kereta menjadi ruang sosial
— tempat orang membawa cerita dari kota lain
— dan menaruh rindu di bangku yang sama.
Karina mengimbau pengguna memanfaatkan pembelian tiket digital untuk perjalanan lebih tertib.
“Pembelian di loket stasiun hanya kami khususkan bagi pengguna prioritas seperti lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas,” jelasnya.***











Discussion about this post