CLOSE ADS
CLOSE ADS
close
MADANIACOID
  • Berita
  • Jawa Barat
  • Nasional
  • Dunia Islam
  • Kajian
  • Gaya Hidup
  • Persib Bandung
  • Agenda
  • Radio Streaiming
Minggu, 28 Desember 2025
No Result
View All Result
  • Berita
  • Jawa Barat
  • Nasional
  • Dunia Islam
  • Kajian
  • Gaya Hidup
  • Persib Bandung
  • Agenda
  • Radio Streaiming
No Result
View All Result
MADANIACOID
No Result
View All Result

Ajari Adab dan Awasi Anak Istri

Oleh: Karsidi Diningrat

Oleh Andri Herdiansyah
Minggu, 19 Maret 2023 - 19:40
di Gaya Hidup, Kajian, Ragam
Karsidi Diningrat

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?” Nabi Saw menjawab, “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu).” (HR. Aththusi). Dalam hadis lain disebutkan, “Dari Ayub bin Musa bin Amr bin Said bin Ash dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada pemberian dari orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada adab yang baik.” (HR. Tirmidzi).

Adab memiliki sebuah arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji. Para ahli bahasa juga kebanyakan menyebutkan bahwa adab merupakan kepandaian dan ketepatan dalam mengurus segala sesuatu. Begitu pentingnya adab hingga Allah Swt menempatkannya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran pun tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab. Ilmu bisa saja menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak didampingi dengan adab.

Oleh karena itu, jika ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui akal berguna dalam meningkatkan taraf kehidupan material manusia maka menggenggam prinsip-prinsip akhlak lebih penting lagi karena berkaitan dengan dimensi batin/ruhaniah yang dimilikinya. Dengan kata lain, seluruh manusia tidak dituntut untuk menjadi alim atau pakar dalam berbagai teori ilmu pengetahuan, tetapi masing-masing mereka dituntut untuk memahami makna, tugas, dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Allah Swt, serta mengarahkan segenap aktivitas dan tingkah laku kita agar sejalan dengan prinsip-prinsip akhlak yang telah digariskan-Nya.

Dari isi dua hadits di atas adalah orang yang paling berhak mendapatkan kebaikan dari kita dan perbuatan makruf kita adalah anak-anak kita, karena mereka adalah amanat yang Allah bebankan kepada kita, dan mewasiatkan kepada kita agar mendidik mereka dengan pendidikan yang benar baik dalam aspek fisik dan hati. Segala yang kita lakukan dalam rangka ini, baik yang kecil atau yang besar, semuanya termasuk kewajiban yang kita tunaikan, amal takarrub utama yang mendekatkan kita kepada Allah.

Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam perkara ini, dan berharaplah pahala di sisi Allah. Sebagaimana kita memperoleh pahala dengan mengerjakan pendidikan fisik mereka dengan memenuhi sandang dan pangan mereka, kita juga akan memperoleh pahala, bahkan lebih besar dari itu bila kita melaksanakan pendidikan hati dan ruh mereka dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, pengetahuan yang benar, dan mengarahkan mereka kepada akhlak yang terpuji dan menjauhkan dari yang tercela.

Adab lebih baik bagi anak di dunia atau di akhirat daripada emas, perak, atau kemewahan dunia yang diberikan kepada mereka, karena dengan adab yang baik, dan akhlak yang terpuji anak akan menjadi mulia, berbahagia, dan dengannya anak akan melaksanakan hak-hak Allah dan hak-hak para hamba, dengannya mereka menjauhi berbagai madlarat, dan dengannya mereka akan berbakti kepada kedua orang tua mereka.

Melalaikan pendidikan anak memiliki bahaya yang besar dan kerusakan yang berbahaya. Misalnya, seandainya kita memiliki kebun yang kita tanam tanaman-tanaman, kita rawat ia berbunga, berbuah lebat dan masak, tetapi sayang kita justru menelantarkannya, tidak merawatnya, tidak menyiraminya, dan tidak menjaganya dari hama dan bencana. Bukankah ini suatu perbuatan bodoh dan tolol? Bagaimana kita menelantarkan anak-anak kita, padahal mereka adalah permata hati kita, buah hati kita, separoh nyawa kita, orang yang senantiasa berada pada kedudukan kita baik hidup atau mati, kesempurnaan kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan mereka, dan dengan keberhasilan mereka kita meraih banyak kebaikan.

Anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hatinya ibarat mutiara yang belum terjamah yang siap menerima segala macam bentuk ukiran. Jika ia dibiasakan baik maka akan tumbuh pada kebaikan. Orang tua dan pendidiknya sama-sama pendapat pahala. Sebaliknya, jika ia dibiasakan pada keburukan maka ia akan tumbuh di atas keburukan. Orang tua dan walinya mendapat dosa.

Oleh karena itu, orang tua wajib menjaga, mendidik, mengajarinya akhlak-akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman yang buruk, tidak membiasakannya hidup mewah, tidak mengajarinya suka pada kesenangan agar saat dewasa kelak ia tidak menyia-nyiakan usianya untuk mencari kesenangan tersebut.

Orang tua harus mengawasi anaknya sejak usia dini. Jika terpaksa, mereka harus menyerahkan penyusuannya kepada wanita yang salehah, beragama, dan makan makanan yang halal. Hal itu disebabkan, susu yang dihasilkan dari barang haram tidak memiliki berkah sedikit pun. Bila si anak telah memasuki masa tamyiz (puber) dan sifat yang paling dominan adalah rasa malu, itu adalah tanda yang positif karena menunjukkan kematangan akal ketika balig kelak. Maka dari itu, ia mesti dilatih memiliki rasa malu.

Pada umumnya, pertama kali sifat yang mendominasi pada diri anak adalah gemar makan. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua mengajarkan kepadanya adab-adab makan. Sekali waktu, biasakan dia untuk makan makanan sendiri. Jangan biasakan dia makan lauk pauk yang enak agar kelak tidak menjadi keharusan baginya. Orang tua juga harus menegurnya jika ia terlalu banyak makan, dengan cara menyerupakannya dengan binatang.

Khusus untuk anak laki-laki hendaknya dibiasakan memakai pakaian berwarna putih, tanpa aneka macam corak dan hiasan. Berilah pengertian bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak baik. Perhatikan pula pergaulannya. Laranglah anak untuk bergaul dengan anak-anak yang terbiasa hidup mewah. Sejak dini, perkenalkan dan sibukkan dirinya untuk belajar pengetahuan agama, agar dalam hatinya tertanam rasa cinta kepada orang-orang saleh. Orang tua juga harus melarangnya menghafal syair-syair berbau cinta dan kerinduan.

Apabila anak memperlihatkan akhlak-akhlak dan perbuatan yang terpuji maka segera apresiasilah tindakannya dan sekali waktu beri dia hadiah agar merasa senang. Selain itu, pujilah tindakannya di hadapan orang banyak. Namun, jika ia memperlihatkan akhlak-akhlak dan perbuatan yang tercela maka rahasiakanlah tindakan tersebut dan jangan beri tahukan kepada orang lain. Jika ia kembali melakukan kesalahan yang sama, ia harus dinasehati (terkadang dengan cara dimarahi) dan ditakut-takuti akan buah dari perbuatan tercela tersebut secara empat mata (maksudnya tidak di depan banyak orang). Hanya saja, orang tua tidak boleh terlalu sering melakukannya, sebab hal itu bisa membuatnya kebal karena terlalu sering dimarahi.

Seorang ibu juga sebaiknya berbuat sebagaimana yang dilakukan ayah, melarang anak tidur siang karena akan membuatnya malas, menganjurkannya untuk segera tidur malam, melarangnya tidur di lantai agar badannya tidak sakit. Anak juga harus dibiasakan sederhana dalam hal tempat tidur, pakaian, dan makanan. Dibiasakan berjalan, bergerak, dan berolah raga untuk menghilangkan rasa malas.

Anak harus dilarang membanggakan sesuatu yang dimiliki orang tuanya kepada teman-temannya. Ia harus dibiasakan bersikap tawadhu dan menghormati siapa saja yang bergaul dengannya. Orang tua juga harus melarang anak mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Berilah pengertian padanya bahwa mengambil barang milik orang lain adalah perbuatan hina. Sedangkan memberi adalah perbuatan mulia. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimana pun kamu berada, susullah kejahatan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya; serta bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi).

Ajarkan padanya untuk tidak mencintai dunia. Biasakanlah untuk tidak meludah disembarang tempat, tidak mengeluarkan ingus dari hidung, tidak menguap di hadapan orang lain, meletakkan kaki di atas kaki orang lain, dan melarangnya banyak bicara. Ajarkan pula padanya untuk berbicara seperlunya dan mendengarkan secara seksama perkataan lawan bicaranya, terlebih orang yang lebih tua darinya. Larang ia mengucapkan perkataan keji dan bergaul dengan orang-orang yang suka berkata keji. Karena, termasuk dasar penjagaan anak adalah menjaga mereka dari teman-teman yang buruk.

Sebaiknya, anak diajari untuk taat dan hormat kepada orang tua dan guru. Ketika telah berusia tujuh tahun, anak harus diperintah mengerjakan shalat. Jangan beri kelonggaran untuk meninggalkan shalat agar ia tidak terbiasa. Anak juga harus dijauhkan dari perbuatan dusta dan khianat.

Diriwayatkan dari Sulaiman bin Bilal, dari Abdullah bin Yasar Al-A’raj, dari Salim bin Abdullah, dari bapaknya, bahwa Nabi bersabda, “Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tua, dayyuuts (suami yang rela atas kerusakan moral yang terjadi pada istrinya), dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Hakim).

Orang yang mendengar kabar penyelewengan atau perselingkuhan yang dilakukan istrinya, kemudian diam saja karena beberapa alasan seperti kuatnya rasa cinta, merasa berhutang kepada istrinya, merasa terbebani mahar yang sangat tinggi, memiliki banyak anak, masalah ekonomi, bukan termasuk orang yang mampu mendidik istrinya. Sama sekali tidak ada kebaikan bagi seorang laki-laki yang tidak mempunyai rasa cemburu.

Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda, “Cemburu itu sebagian dari iman. Sedangkan pergaulan bebas antara pria dan wanita bukan muhrim adalah sebagian dari kemunafikan”. (HR. Muslim melalui Abi Sa’id Al-Khudri). Kata Imam Halimi: “Yang dimaksudkan dengan Midza ialah berkumpulnya kaum pria dengan kaum wanita dan dibiarkan bergaul bebas antara mereka dengan terlepas, sebagaimana kita melepaskan ternak, diumbar begitu saja.” Dalam hadis senada disebutkan, “Ghairah (cemburu) merupakan sebagian dari iman. Mempermainkan (wanita) merupakan sebagian dari nifak.” (HR. ad-Dailami). Lafadz Al-Madzaa, sama wazannya dengan lafadz as-Samaa, artinya lelaki yang mempermainkan wanita, yakni perbuatannya.

Dalam hal ini Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan, bahwa “telah sesat sekelompok orang yang hanya sibuk menumpuk, menjaga, dan mengawasi harta. Mereka mencurahkan pikiran dan tenaga dengan mengorbankan waktu istirahat dan tidur mereka. Mereka pun melupakan nasib keluarga dan anak-anak mereka. Harta yang mereka tumpuk jauh lebih tinggi harganya dibandingkan keluarga dan anak-anak mereka. Bukankah sebaiknya mereka meluangkan waktu dan tenaga untuk mendidik anak-anak dan keluarga. Jika hal itu dilakukan, niscaya mereka termasuk orang-orang yang mensyukuri nikmat Allah dan melaksanakan perintah-Nya.”

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]: 6).

Allah telah memberikan wewenang, kekuasaan, dan membebankan kepada kita tanggung jawab mendidik keluarga. Allah memerintahkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka yang mengerikan. Allah tidak hanya memerintahkan kita untuk menjaga diri sendiri, tetapi memelihara diri dan keluarga kita.

Rasulullah Saw bersabda, “Didiklah wanita-wanitamu dengan melucutinya dari pakaian dan perhiasan yang indah-indah, karena sesungguhnya sebagian wanita itu bila memiliki pakaian yang banyak dan perhiasan yang bagus-bagus mereka suka keluar.” (HR. Ibnu ‘Abdi melalui Anas r.a.).

Makna yang dimaksud ialah jadikanlah sarana ini untuk mendidik wanita-wanita kalian agar mereka tidak suka keluar rumah. Bila salah seorang dari mereka diberi pakaian dan perhiasan yang bagus-bagus, maka mereka senang keluar, dan hal ini tentu banyak mudharatnya daripada manfaatnya kecuali jika karena hal yang penting dan disertai atau ditemani oleh muhrimnya.

Setiap kepala rumah tangga wajib mengawasi setiap gerak gerik istri dan anak-anak. Kita wajib mengetahui semua seluk beluknya; waktu kepergian dan kepulangannya; menyelidiki sahabat dan teman-temannya, agar kita mengetahui dengan pasti segala tindak tanduk dan perjalanan hidupnya. Setelah mengetahui, kita dukung hal baik yang kita lihat dan kita cegah kemungkaran yang kita temukan.

Hendaknya kita berkomunikasi dengan mereka secara terbuka, menerima pendapat, dan berusaha meluruskan kesalahan mereka. Hendaknya kita tidak mudah marah dalam membimbing. Apalagi berpaling dan menelantarkan mereka. Hal itu hanya akan menambah besar bencana dan kerusakan yang dihadapi.

Jika seorang suami tidak mengawasi istri dan anak-anaknya, serta tidak mendidik mereka dengan baik, lantas siapa yang akan melakukannya? Apakah orang-orang jauh yang akan mendidik mereka? Ataukah orang yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka? Ataukah kita tega membiarkan mereka terombang-ambing oleh pikiran-pikiran sesat, kelompok-kelompok menyimpang, dan terpengaruh akhlak yang bejat?

Akibatnya, dari mereka tumbuh generasi yang rusak. Generasi yang tidak menjungjung tinggi kehormatan, baik terhadap Allah maupun manusia dan tidak juga menjaga hak-hak-Nya. Generasi yang bobrok yang tidak mengetahui kebaikan dan mengingkari kemungkaran. Mereka merasa terbebas dari segala bentuk perbudakan kecuali dari perbudakan setan. Mereka lepas dari setiap ikatan kecuali syahwat dan kejahatan. Demikianlah akibat yang pasti terjadi jika keadaan kita tidak mendidiknya, kecuali Allah berkehendak lain.

Seandainya kita bertakwa kepada Allah sejak awal dan mendidik mereka sesuai aturan Allah yang diperintahkan, niscaya Dia akan memperbaiki urusan kita di dunia dan di akhirat. Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71). Wallahu a’lam bish-shawwab.***

Editor: Andri Herdiansyah
Previous Post

Yayasan Ash Shobbur Nurul Hasanah Bagikan Bantuan Bagi Yatim dan Lansia

Next Post

Ziarah ke Makam Leluhur Bersama Tim GOIB, Apaan Tuh?

Next Post
Team GOIB usai memanjatkan doa di makan Prabu Cakra Dewa

Ziarah ke Makam Leluhur Bersama Tim GOIB, Apaan Tuh?

Discussion about this post

Indeks Berita

Desember 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Bocoran 500 Istilah Tugas MOS – MPLS Terlengkap 2022

Ini Dia Bocoran 500 Istilah Tugas MOS MPLS Terlengkap

Selasa, 12 Juli 2022 - 18:41
Mantaps!, inilah 7 Aneka Makanan yang dibuat dari Umbi-umbian

Mantaps!, inilah 7 Aneka Makanan yang dibuat dari Umbi-umbian

Senin, 13 Februari 2023 - 15:30
mitos dan fakta eureup eureup

Mitos dan Fakta tentang Eureup-Eureup Saat Tidur

Sabtu, 4 Juli 2020 - 13:06
cara transkrip tanpa ngetik

Cara Transkrip Wawancara Tanpa Harus Ngetik

Selasa, 7 Juli 2020 - 17:53
KAI Geber Promo 12.12, Tiket Murah Menggoda Jelang Libur Akhir Tahun

H+9 Nataru, Volume Pengguna Capai 530 Ribu, Stasiun Bandung Padat Wisatawan

Sejarah Pendirian Parmusi, Persaudaraan Muslimin Indonesia

Iuran BPJS Kesehatan Naik Mulai Hari Ini, Kelas I Jadi Rp150 Ribu

mitos dan fakta eureup eureup

Mitos dan Fakta tentang Eureup-Eureup Saat Tidur

KAI Geber Promo 12.12, Tiket Murah Menggoda Jelang Libur Akhir Tahun

H+9 Nataru, Volume Pengguna Capai 530 Ribu, Stasiun Bandung Padat Wisatawan

Jumat, 26 Desember 2025 - 18:36
Libur Nataru 2025, KAI Bandung Sediakan 230 Ribu Tempat Duduk Penumpang

372 Ribu Perjalanan Natal di Bandung, Kereta Komuter Jadi Ruang Sosial Kota

Kamis, 25 Desember 2025 - 18:11
Panoramic Train Dongkrak Citra dan Ekonomi Jalur Selatan

Mobilitas Nataru di Bandung Menguat, Stasiun Ini Jadi Tujuan Kedatangan Utama

Kamis, 25 Desember 2025 - 18:02
KAI Buka Lowongan, Peluang Emas bagi Lulusan SLTA, D3, hingga S1

Arus Pengguna Commuter Bandung Meningkat Jelang Natal, Stasiun Bandung Jadi Titik Utama Pergerakan

Rabu, 24 Desember 2025 - 18:52
  • Indeks Berita
  • Pedoman Pemberitaan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
  • Berita
  • Jawa Barat
  • Nasional
  • Dunia Islam
  • Kajian
  • Gaya Hidup
  • Persib Bandung
  • Agenda
  • Radio Streaiming

© 2022 MADANIACOID

slot gacor
ssh account
slot online