MADANIACOID – Fenomena Resesi seks atau penurunan gairah pasangan untuk melakukan hubungan seksual tengah terjadi di Jepang dalam skala yang masif dan menghawatirkan.
Dilansir dari Reuters, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida telah menjanjikan langkah-langkah untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak.
Berdasarkan data sendiri tingkat kelahiran di Jepang sendiri anjlok hingga di bawah angka 800.000 jiwa pada tahun 2022, hal ini menjadi rekor yang terendah sepanjang sejarah. Dimana Perkiraan pemerintah akan depopulasi justru terjadi delapan tahun lebih awal dari yang diperkirakan.
Anjloknya angka kelahiran adalah salah satu masalah besar yang sedang melanda negara-negara regional Asia. Tak hanya Jepang, fenomena resesi seks ini juga terjadi di Korea Selatan dan China.
Resesi Seks di Negara Maju
Mengacu pada laman resmi CNN, Pakar memperoleh data bahwasanya jumlah kelahiran pada 2022 terdapat pada angka di bawah 10 juta jiwa, yang berarti lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Seperi misalnya China pada 2021, Negara tersebut mengalami angka kelahiran terendah semenak 1949. Dimana jumlah kelahiran bayi sekitar 11 juta jiwa, menurun signifikan apabila dibandingkan dengan tingkat kelahiran pada tahun 2016 di angka 18 juta jiwa.
Tak hanya Jepan dan China saja, Negara dengan jumlah populasi terbanyak ketiga saat ini, Amerika Serikat, juga mengalami resesi seks.
Mengutip The Economist, Munculnya internet semakin memicu resesi seks. Dimana mereka jadi lebih mudah dan sering mengakses pornografi.
Selain itu, Adanya pergeseran budaya juga berkontribusi pada terjadinya fenomena ini. Masyarakat kini punya banyak pilihan hiburan seperti menonton film di layanan streaming atau berselancar di media sosial. Menurut Insider, hal ini membuat orang tak sering melakukan hubungan seksual.
Selain itu, Terdapat sebuah penelitian yang menilai resesi seks terjadi karena hubungan seksual menyakitkan. Dimana berdasarkan data penelitian dari Universitas Indiana, sebanyak 30 persen perempuan mengalami rasa sakit saat terakhir mereka melakukan penetrasi.
Faktor lain di China karena biaya membesarkan anak yang melejit. Sehingga banyak pasangan yang memilih tak punya anak, atau cukup dengan satu anak.
Sementara itu di Negeri Sakura, kemapanan menjadi faktor penyumbang. Banyak warga Jepang yang tak percaya diri dengan finansial dan pekerjaan mereka.
Discussion about this post