Oleh Karsidi Diningrat
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Wahai kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33: 66-68).
Dalam firman yang lain dinyatakan, “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. Asy-Syuura, 42: 42). Dan dalam firman yang lain juga, “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya sangat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Ma’idah, 5: 79).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah menyatakan, “Barang siapa yang berbuat curang kepada kami, ia bukan dari golongan kami.” Beliau bersabda, “Jauhilah kezaliman, sesungguhnya kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari). Dan sabdanya lagi, “Pemimpin siapa saja yang menipu rakyatnya, tempatnya adalah di neraka.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Tiada suatu penguasa pun yang menguasai perkara orang-orang muslim, lalu ia mati padahal ia telah berbuat curang terhadap mereka melainkan Allah mengharamkannya untuk masuk surga.” (HR. Syaikhan melalui Ma’qal ibnu Yasar al-Muzanni). Dalam sabdanya yang lain dikatakan, “Tiada seorang hamba diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak mengerjakan kepercayaan itu dengan niat yang tulus ikhlas, kecuali ia tidak akan menemukan baunya surga.” (HR Bukhari dan Muslim melalu Ma’qal ibnu Yasar al-Muzanni).
Barangsiapa yang memerintah urusan kaum muslim, sedangkan ia selalu menipu (mengelabui) mereka hingga ia mati, dan juga tidak berlaku adil dalam tugasnya, maka Allah mengharamkan surga baginya. Atau dengan kata lain, ia termasuk ahli neraka yang abadi jika ia menghalalkan perbuatannya itu.
Nabi juga bersabda, “Siapa yang diberi kewenangan oleh Allah untuk memimpin rakyat lalu ia tidak memberikan nasihat, niscaya Allah mengharamkan surga untuknya.” Beliau pun bersabda, “Tiada seorang pemimpin (meskipun atas) sepuluh orang melainkan kelak pada hari kiamat didatangkan dalam keadaan tangannya terbelenggu di belakang lehernya. Keadilannya membebaskannya atau kezalimannya membinasakannya.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Tiada seseorang pun yang diangkat menjadi pemimpin bagi sepuluh orang atau lebih kecuali ia datang di hari kiamat dalam keadaan terikat oleh rantai dan belenggu.” (HR. Abu Hurairah r.a.).
Barangsiapa yang menjadi pemimpin orang banyak, maka kelak di hari kiamat ia akan diminta pertangungjawaban tentang kepemimpinannya. Seandainya seseorang berlaku adil dalam kepemimpinannya maka ia termasuk orang yang beruntung. Akan tetapi sebaliknya, jika ia tidak berlaku adil dan bahkan berlaku zalim, maka kecelakaanlah yang akan menimpanya.
Rasulullah bersabda, “Tiada seseorang pun yang berkuasa atas suatu perkara dari umat ini (umat Muhammad), lalu ia tidak berlaku adil di antara mereka, kecuali Allah Swt akan mencampakkannya ke dalam neraka.” (HR. Ma’qil ibnu Sinan).
Barang siapa yang dipercaya oleh umat ini untuk menjadi pemimpin mereka, lalu ia tidak berlaku adil dalam menjalankan tugasnya, maka pasti ia akan dicampakkan oleh Allah Swt. ke dalam neraka dengan muka di bawah.
Hadits ini memperjelas pengertian yang terkandung dalam hadits sebelumnya yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali seseorang dipercaya untuk menjadi pemimpin dari sepuluh orang atau lebih, melainkan kelak di hari kiamat ia akan didatangkan (ke hadapan Allah) dalam keadaan terikat dengan belenggu dan rantai. Makna yang dimaksud ialah bagi pemimpin yang berlaku tidak adil terhadap rakyatnya karena sesungguhnya seorang pemimpin yang adil memperoleh pahala yang sangat besar dan berada dekat di sisi-Nya kelak di hari kiamat.
Rasulullah Saw. bersabda, “Ya Allah, siapa saja yang memimpin urusan umat lalu ia mengasihi mereka maka kasihilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka maka susahkanlah ia.” (HR. Muslim). Lanjut beliau, “Akan datang para pemimpin yang fasik lagi zalim. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka serta menolong kezaliman mereka, ia bukan termasuk dari golonganku dan tidaklah diperbolehkan mendatangiku (di telagaku).” (HR. Hakim). Dan juga Sabda-nya lagi, “Tiada suatu kaum yang mana kemaksiatan diperbuat di tengah-tengah mereka, sementara mereka lebih kuat dan jumlahnya lebih banyak (dari para pelaku maksiat), namun mereka tidak mengubahnya. Maka Allah akan mengazab mereka semua.” (HR. Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Aghlab bin Tamim, ia berkata, “Telah bercerita kepada kami Al-Mu’alla bin Ziyad
dari Mu’awiyah bin Qurrah dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Nabi bersabda, “Ada dua golongan yang tidak akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat, yaitu penguasa yang zalim dan orang yang berkhianat dalam agama, ia bersaksi atas mereka—muslimin—dan terlepas diri dari mereka.” Muhammad bin Jahadah meriwayatkan dari Athiyah dari Abu Sa’id Al-Khudri secara marfu, “Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat ialah pemimpin yang zalim.” (HR. Athabrani).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak ada seorang pemimpin yang mengurusi urusan kaum muslimin, lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak memberi nasihat kepada mereka, melainkan ia tidak akan masuk surga bersama mereka.” (HR. Bukhari). Dan Sabda-nya lagi, Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya maka Allah tidak akan mengindahkan pada hari kiamat.” (HR. Ahmad). Sabdanya lagi, “Waspadalah terhadap do’a orang yang dizalimi. Sesungguhnya antara dia dengan Allah tidak ada tabir penyekat.” (Mashabih Assunnah). Dalam lafal lain disebutkan, “Dan kejahatan yang paling cepat mendapat hukuman ialah kezaliman.” (HR. Ibnu Majah). Dan juga, “Aku menjenguk ke surga, aku dapati kebanyakan penghuninya orang-orang fakir-miskin.” (HR. Ahmad). “Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan.” (HR. Hakim dan Ahmad).
Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang diangkat oleh Allah memimpin urusan kaum muslimin, lalu ia menutup dirinya, tidak memenuhi kebutuhan mereka, menutup mata dari perhatian kepada mereka, dan tidak peduli terhadap kemiskinan mereka, niscaya Allah akan menutupi diri-Nya tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kepada kemiskinannya pada hari kiamat kelak.” (HR. Abu Dawud). Dan, “Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian (korupsi). Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR. Athabrani). “Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya.” (HR. Athabrani).
Masalah yang dihadapi oleh pemimpin bangsa, jauh lebih luas daripada pemimpin golongan atau ummat. Karena itu kemampuan yang diperlukan dalam menguasai permasalahan jauh lebih banyak. Bukan hanya sekedar mampu menangani segala permasalahan yang dihadapi oleh bangsa itu, akan tetapi juga tetap memiliki sibghah dan wijhah, sesuai dengan cita-cita sebagai suatu negara.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menangguhkan azabnya terhadap orang zalim dan bila mengazabnya tidak akan luput. Kemudian Rasulullah membacakan doa dalam surat Hud ayat 102, “Dan begitulah azab Rabbmu apabila Dia mengazab (penduduk) negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (HR. Muslim).
Sabdanya lagi, “Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah pemimpin yang kalian murka kepada mereka dan mereka pun murka kepada kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Para sahabat bertanya, “Kenapa tidak kita perangi saja mereka?” Beliau menjawab, “Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat di antara kalian.” (HR. Muslim). Lebih lanjut beliau bersabda, “Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi), “Dengan keperkasaan dan keagungan-Ku, Aku akan membalas orang zalim dengan segera atau dalam waktu yang akan datang. Aku akan membalas terhadap orang yang melihat seorang yang dizalimi sedang dia mampu menolongnya tetapi tidak menolongnya.” (HR. Ahmad). Dan, “Bila orang-orang melihat seorang yang zalim tapi mereka tidak mencegahnya dikhawatirkan Allah akan menimpakan hukuman terhadap mereka semua.” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah bersabda, “Calon penghuni surga adalah seseorang yang Allah Swt. penuhkan kedua telinganya dengan pujian baik orang lain terhadap dirinya, sedangkan dia sendiri mendengar langsung (hal tersebut). Dan calon penghuni neraka adalah seseorang yang Allah penuhkan kedua telinganya dengan pujian buruk orang lain terhadap dirinya, sedangkan dia sendiri mendengar langsung (hal tersebut).” (HR. Ibnu Majah melalui Ibnu Abbas r.a.).
Ahli surga ialah seseorang yang kedua telinganya banyak mendengar pujian orang-orang terhadapnya mengenai kebaikannya. Makna yang dimaksud ialah bahwa hal ini dilakukan oleh Allah Swt. terhadapnya sebagai tambahan nikmat buatnya selain dari pahala yang ia terima dari-Nya. Sedangkan ahli neraka ialah seseorang yang kedua telinganya banyak mendengar cacian semoohan orang-orang terhadap dirinya mengenai keburukan yang telah dikerjakan. Hal ini dimaksudkan sebagai tambahan siksa buatnya selain dari siksa yang akan ia terima nanti di akhirat. Wallahu a’lam bish – shawwab .
- Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
- Wakil Ketua I Majelis Pendidikan Pengurus Besar Al-Washliyah.
Discussion about this post