
Madania.co.id, Bandung – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bandung, Siti Muntamah mengungkapkan, data terbaru menunjukkan peningkatan angka stunting (gagal tumbuh) di Kota Bandung. Hal tersebut merupakan imbas dari pandemi Covid-19 yang merangsek sektor ekonomi masyarakat.”
Hasil pengukuran bulan Desember ketika dipublikasi naik 3 persen, dari 8 menjadi 11 persen,” dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/1/2021).
Oleh karena itu, dirinya bersama (TP PKK) Kota Bandung terus menggencarkan program Bandung Tanggap Stunting dengan Pangan Aman dan Sehat (Tanginas).
Menurut Umi, panggilan akrab Siti, peningkatan kasus stunting terjadi karena ekonomi masyarakat terdampak pandemi Covid-19. Sehingga, daya beli masyarakat terhadap asupan gizi yang baik bagi anak menjadi rendah.
“Saya pikir yang penting itu gizi karena stunting itu kan dia tidak berkembang, pendek, dia tidak bisa tumbuh dengan sempurna,” ujarnya.
Umi menuturkan, 44 persen keluarga di Kota Bandung memiliki pengetahuan literasi gizi baik. Dari angka tersebut dia menilai, masih ada masyarakat yang tidak terlalu memerhatikan asupan gizi bagi anaknya.
Posyandu yang berjumlah 1.988 di Kota Bandung belum semuanya memiliki alat ukur yang (sesuai) standar. Maka itu, pihaknya pun telah menyiapkan sejumlah upaya untuk menekan angka stunting, seperti pemberian pangan aman serta sehat kepada ibu hamil dan baduta. Termasuk memberikan sarana dan prasarana alat ukur bagi Posyandu.
Umi menyampaikan, pihaknya juga akan meningkatkan kapasitas kader Posyandu dalam mendampingi dan mengedukasi keluarga yang memiliki anak stunting. Bahkan pihaknya akan mengembangkan promosi kesehatan (Promkes) terkait literasi gizi.
“Gerakan masyarakat sehat ini harus terus kita perluas, sehingga derajat kesehatan masyarakat naik. Kalau derajat kesehatan masyarakat naik, secara otomatis literasi gizi di keluarga meningkat,” bebernya.
Keberadaan sanitasi tak kalah menjadi sorotan TP PKK untuk menekan angka kasus stunting di Kota Bandung. Saat ini, Kota Bandung terus bergerak menuju perbaikan akses sanitasi yang telah mencapai 75 persen.
“Ini tentu saja kita bangga karena di tengah pandemi Covid-19 kita mampu menghadirkan ODF (open defecation free atau bebas buang air besar) 100%. Saya pikir ini penting untuk menekan angka prevalensi dari penyebab stunting,” pungkasnya. (sr)









Discussion about this post