
Madania.co.id, Bandung – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung akan fokus pada penanganan banjir yang kerap melanda Kecamatan Rancaekek.
“Tapi untuk Rancaekek tampaknya lain persoalan karena sumbangan airnya dari Sumedang. Kita sekarang lebih fokus ke Sungai Cikeuruh dan Citarik. Pertama, karena di sana terjadi pendangkalan sungai, kedua karena sedimentasi lumpur bawaan dari Gunung Geulis Tanjungsari Sumedang ini cukup tinggi,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalak BPBD) Kabupaten Bandung, H. Akhmad Djohara kepada wartawan di ruang kerjanya, Soreang, Senin (8/3/2021).
Dalam upaya penanganan banjir tersebut, menurut dia, harus ada kerjasama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus menjadi fasilitatornya.
“Jangan sampai Rancaekek terus-terusan tergenang, efeknya sampai ke Tegalluar. Ini sudah kami survey, di samping karena sedimentasi ya terjadi pendangkalan di Rancaekek, tampaknya harus dilakukan pengerukan,” ujar Akhmad.
Sementara itu, dengan adanya sodetan Sungai Cisangkuy dari Banjaran ke Rancamanyar dan Curug Jompong dengan dua terowongan besarnya, menurut Akhmad, sudah dapat dirasakan hasilnya.
Warga di wilayah Baleendah dan Dayeuhkolot, lanjut dia, sudah dapat merasakan manfaatnya.
“Titik rawan banjir, tetap kalau kita melihat pengalaman yaitu antara Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang. Tapi sekarang malah berpindah ke Rancaekek,” katanya.
Akhmad bencana alam hidrometeorologi pada 2020 menurunan atau agak landai dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tapi pada 2021 pihaknya tetap siaga penuh dalam upaya penanganan bencana.
Ia menyebutkan, pada 2018 curah hujan tinggi terjadi bulan Februari, 2019 terjadi pada pada Maret, tahun 2020 terjadi pada Maret hingga April.
“Jadi memang ada siklus waktu yang cenderung maju, untuk tahun 2021 sekarang ya kita tetap siaga penuh, karena kalau dilihat dari siklus kemarin, tampaknya Maret hingga April itu ya harus siaga penuh,” ujarnya.
Masih dalam upaya penanganan bencana, pihaknya melakukan inventarisir peralatan dan barang-barang untuk kegiatan evakuasi, termasuk tempat-tempat pengungsi dan sudah ada koordinasi dengan pemimpin kecamatan tentang penerapan protokol kesehatan di tempat pengungsian, mulai dari menjaga jarak, penyediaan tempat cuci tangan dan rutin melakukan disinfektan.
“Masyarakat tetap hati-hati, karena tanda-tanda alam mulai datang, contoh seperti petir dan geledek yang sudah mulai ada, itu tanda alam yang bisa kita pelajari dari tahun sebelumnya,” ujanya lagi.
Jadi, ia mengimbau, jika terjadi peningkatan curah hujan, masyarakat harus hati-hati terutama yang bermukim di perbukitan dan terdapat tebing di sekitar rumahnya.
“Kalau memang cukup berbahaya pada saat hujan besar, maka mengungsi dulu di rumah saudara atau tetangga yang lebih aman. Kami selalu siap 1×24 jam, setiap malam ada sepuluh orang yang melaksanakan piket,” katanya.(m)









Discussion about this post