Bandung, madania.co.id – Di lereng Bandung Timur, air hujan tak lagi sekadar berkah. Dalam beberapa tahun terakhir, ia kerap datang membawa risiko banjir bandang di hilir dan longsor di kawasan hulu.
Perubahan tutupan lahan, urbanisasi, dan berkurangnya vegetasi menjadi faktor yang membuat tanah kehilangan daya serap alaminya.
Di tengah lanskap yang rapuh itulah, upaya penghijauan kembali menemukan urgensinya. Selasa, 16 Desember 2025, Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Cibiru menjadi saksi sebuah intervensi sederhana namun bermakna yakni penanaman 1.000 bibit tanaman melalui program “SEI Hijaukan Bumi”.
Program yang digagas PT Surya Energi Indotama (SEI) ini bukan sekadar bagian dari perayaan hari jadi perusahaan.
Ia menjadi respons ekologis terhadap ancaman yang nyata, bagaimana kawasan resapan air di pinggiran kota perlu kembali diperkuat oleh akar, tajuk, dan sistem vegetasi yang utuh.
Untuk kedua kalinya dalam dua tahun, SEI memilih meninggalkan tradisi karangan bunga papan.
Ucapan selamat dialihkan menjadi bibit hidup tanaman yang kelak berfungsi menahan erosi, menyimpan air hujan, dan menopang keanekaragaman hayati lokal.
Direktur Utama PT Surya Energi Indotama, I Made Sandika Dwiantara, menyebut aksi ini sebagai langkah awal yang membutuhkan keberlanjutan dan keterlibatan kolektif.
“Kegiatan yang kita lakukan ini (menanam pohon) bisa dibilang merupakan langkah kecil, namun apabila digalakkan bersama akan memberi dampak yang besar untuk masa mendatang,” ujarnya.
Bibit yang ditanam bukan tanaman sembarangan. Manglid dan mahoni dikenal memiliki sistem perakaran kuat untuk menahan tanah.
Ki damar dan ki bungur berperan dalam pemulihan ekosistem lokal, sementara mangga dan alpukat menghadirkan nilai ekologis sekaligus produktif.
Tahun sebelumnya, program serupa bahkan berhasil menghimpun 1.870 bibit, memperlihatkan konsistensi gerakan ini.
Dukungan datang dari berbagai pemangku kepentingan—mulai dari kelompok industri di bawah Len Industri, mitra swasta, hingga sektor perbankan seperti BNI dan BTN.
Mereka hadir tak hanya sebagai donatur, tetapi juga sebagai bagian dari aksi tanam langsung di lapangan.
Bagi pengelola kawasan, kehadiran vegetasi baru ini memiliki makna strategis. Syah Maula, Pengelola Taman Kehati dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, menilai kegiatan ini sebagai kontribusi penting dalam upaya memperbaiki kualitas lingkungan kota.
“Kegiatan SEI Hijaukan bumi ini menjadi langkah kecil yang kita berikan untuk membuat bumi lebih baik. Semoga SEI terus menjadi bagian dari kegiatan yang peduli terhadap lingkungan,” katanya.
Penghijauan, dalam konteks Bandung Timur, bukan sekadar estetika. Ia adalah pertahanan alami untuk melawan limpasan air yang berlebihan, menahan tanah agar tak runtuh, dan memulihkan fungsi ekologis kawasan hulu kota.
Ketika akar-akar itu mulai tumbuh dan menembus tanah, mereka membawa pesan sederhana namun krusial: di tengah ancaman banjir dan longsor, masa depan kota masih bisa dirawat—satu bibit, satu pohon, satu komitmen pada alam.***











Discussion about this post