MADANIACOID – Ribuan Bonek dan warga Surabaya datang ke Tugu Pahlawan untuk mendoakan para korban Tragedi Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022). Tragedi Kanjuruhan merupakan salah satu hari kelam dalam sejarah sepak bola dunia. Insiden tersebut memakan ratusan korban jiwa.
“Semoga segala amal ibadah korban diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga keluarga korban dikuatkan dengan kesabaran dan ketabahan. Yang paling penting, semoga tidak ada lagi tragedi berdarah di sepak bola,” keterangan dalam akun Twitter Official Persebaya @persebayaupdate, Senin (3/10).
Peristiwa malang tersebut tersebut terjadi pada Sabtu (1/10) malam hari setelah laga Liga 1 antara tuan rumah Arema FC dan tim tamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang. Kericuhan terjadi usai beberapa supporter turun ke lapangan untuk mengungkapkan kekecewaan. Kemudian, polisi menembakkan gas air mata yang membuat situasi semakin kacau.
“Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas dan kekurangan oksigen,” jelas Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta dalam konferensi pers di Polres Malang, dilansir dari Detik, Minggu (2/10).
Dilansir dari akun Instagram Menko Polhukam Mahfud Md pada Minggu (2/10), pemicu tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antar supporter Persebaya dan Arema. Sebab pada pertandingan tersebut, supporter Persebaya tidak boleh menonton. Umumnya korban meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar supporter.
“Tidak ada lagi rivalitas berlebihan, tidak ada permusuhan, semua tembok diruntuhkan demi satu kata, kemanusiaan. Tidak ada apapun yang seharga dengan nyawa. Humanity above football, Al-Fatihah #Persebaya #SurabayaUntukMalang,” tulis akun Twitter Official Persebaya.
Presiden Jokowi turut berbela sungkawa terhadap Tragedi Kanjuruhan. Jokowi menyampaikan duka cita yang mendalam dan berharap peristiwa tersebut tidak terjadi lagi.
“Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang,” kata Jokowi dalam YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/10).
Tragedi Kanjuruhan menambah daftar kelam dalam sejarah sepak bola dunia. Bahkan menempati tiga besar tragedi sepak bola paling mematikan di dunia. Urutan pertama terjadi di Estadio Nacional di Lima, Peru pada 24 Mei 1964 dengan korban jiwa 328 orang.***(Anisa Pabelia)
Discussion about this post