Tasikmalaya, madaniacoid — Bukan hanya sekadar libur panjang. Data 7.921 penumpang yang berangkat dari Stasiun Tasikmalaya dalam enam hari terakhir bukan sekadar statistik musiman. Ia adalah sinyal. Tentang kepercayaan publik.
Tentang preferensi transportasi yang perlahan bergeser. Dan tentang narasi baru: kereta api yang kembali menjadi tulang punggung mobilitas warga.
Puncak arus terjadi pada Minggu, 8 Juni 2025, dengan 1.952 penumpang. Angka ini melonjak drastis dibanding hari-hari biasa, memperlihatkan bagaimana momentum keagamaan seperti Idul Adha bertransformasi menjadi arus sosial yang kompleks, menyatukan rindu kampung halaman, keterjangkauan ekonomi, hingga efisiensi waktu.
Kuswardojo, Manager Humas PT KAI Daop 2 Bandung, menuturkan bahwa lonjakan ini adalah bukti kepercayaan masyarakat terhadap layanan kereta api. “Seluruh petugas kami siaga memberikan pelayanan terbaik,” katanya. Minggu 9 Juni 2025.
Namun, tegasnya, lebih dari sekadar kesiapsiagaan, lonjakan ini menunjukkan bahwa kereta api, terutama di daerah seperti Priangan Timur, masih menjadi primadona transportasi massal yang andal dan rasional.
Akan tetapi, data tak bisa dibaca hitam-putih. Secara regional, Daop 2 Bandung mencatat 146.016 pelanggan dengan tingkat okupansi 108,1 persen dari kapasitas kursi yang tersedia selama 6 hari. Sebuah ironi: di tengah modernisasi dan digitalisasi sistem transportasi, overbooking masih terjadi.
Sistem penyesuaian permintaan dan penyediaan kursi belum sepenuhnya ideal.
Tapi masyarakat tampaknya sudah berdamai. Alih-alih memilih jalur darat biasa yang penuh risiko dan kemacetan, ribuan orang tetap memilih kereta, bahkan dengan potensi kepadatan yang tinggi.
Di sinilah kereta api menemukan relevansinya kembali, sebagai moda yang tak hanya efisien, tapi juga terprediksi.
PT KAI, dalam pesannya, mengimbau pelanggan hadir lebih awal di stasiun, menjaga barang bawaan, dan mengikuti prosedur keamanan. Pesan normatif ini mencerminkan tantangan laten dalam pengelolaan arus besar penumpang yang menjadi sebuah pekerjaan rumah abadi.
Sementara sebagian moda transportasi lain merangkak mengejar kepercayaan publik, kereta api, khususnya di daerah seperti Tasikmalaya, justru melaju lebih dulu.
Bukan sekadar rel dan lokomotif, tapi ritme sosial masyarakat yang mulai berpindah jalur.***











Discussion about this post