Bandung, madania.co.id – Pemerintah mencanangkan target ambisius: Indonesia bebas hepatitis B dan C pada 2030. Namun, di tengah lambannya pemerataan vaksinasi dan tingginya prevalensi hepatitis pada ibu hamil, komitmen tidak bisa berhenti di tataran slogan.
PT Bio Farma (Persero) mengingatkan, momentum Hari Hepatitis Sedunia 2025 seharusnya jadi momen peringatan: upaya eliminasi ini butuh aksi konkret, bukan sekadar wacana daring.
Melalui partisipasinya dalam webinar nasional bertajuk “Bersama Lawan Hepatitis B: Edukasi, Vaksinasi, dan Aksi Nyata”, Bio Farma menegaskan bahwa problem utama masih berulang: rendahnya cakupan vaksin hepatitis dosis 0 pada bayi, kurangnya akses edukasi bagi perempuan usia subur, serta deteksi dini yang belum terintegrasi secara efektif di layanan primer.
“Prevalensi hepatitis B pada ibu hamil masih tinggi. Ini alarm keras bagi sistem kesehatan kita,” kata Fitri Puspadewi, Vice President Komersial Nasional Bio Farma. Dikutip Sabtu (2/8)
Ia menambahkan, imunisasi dosis nol—yang seharusnya diberikan dalam 24 jam pertama setelah lahir—belum merata. Padahal, ini langkah utama memutus rantai penularan vertikal hepatitis dari ibu ke anak.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, menyerukan integrasi layanan deteksi hepatitis di Puskesmas. Namun tanpa investasi serius dan sinergi lintas sektor, target eliminasi 2030 hanya akan menjadi mimpi optimistik di atas kertas.
“Diperlukan komitmen nasional, bukan sekadar seremoni. Kolaborasi konkret lintas profesi, industri, dan media harus jadi panglima,” tegas dr. Tri Setyanti, Ahli Madya Direktorat Jenderal P2P Kemenkes RI, dalam sambutannya.
Bio Farma, sebagai BUMN farmasi, juga menyoroti intervensi berbasis data. Wilayah seperti Adonara Timur di NTT jadi prioritas kampanye dan imunisasi tahun ini, mengingat angka penularan ibu-anak yang masih tinggi. Namun, apakah satu-dua kampanye cukup?
Edukasi dan vaksinasi harus menjangkau daerah terpencil, bukan hanya ruang webinar.
Bio Farma memang telah mengekspor vaksin hepatitis B ke berbagai negara, namun tantangan di dalam negeri tetap nyata. Komitmen mereka mendukung imunisasi nasional dan kampanye publik patut diapresiasi—tapi keberhasilan eliminasi hepatitis tetap bergantung pada konsistensi sistem, bukan seremonial tahunan.***
Discussion about this post