Madania.co.id, Bandung – Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan, kenaikan harga daging sapi di pasaran merupakan imbas dari adanya kenaikan harga daging sapi di salah satu negara pengekspor, yaitu Australia.
Tak hanya itu, menurutnya, kondisi pandemi dan cuaca yang buruk juga menjadi salah satu dampak dari kenaikan harga daging sapi yang terus meroket belakangan ini.
“Karena pandemi karena banyak negara seperti China banyak memborong. Mereka membeli dengan harga yang cukup tinggi. Cuaca juga memengaruhi produksi,” jelas Gin Gin di Kota Bandung, Senin (25/1/2021).
Saat normal, harga jual daging sapi berkisar antara Rp 110 ribu- Rp 120 ribu per kilogram. Tetapi kini mencapai Rp 130 ribu- Rp 134 ribu per kilogram.
“Sudah di atas Rp120 ribu dan tergantung jenis dan kualitas. Kita punya harga eceran tertinggi dari Permendag (Peraturan Menteri Perdagangan) yaitu Rp120 ribu Sekarang sudah sangat melebihi,” ungkapnya.
Meski begitu, Gin Gin menuturkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan para pengusaha untuk mengantisipasi kenaikan harga agar tidak semakin meroket sampai menimbulkan kelangkaan daging sapi di Kota Bandung.
“Kalau naik terus dan diperlukan operasi pasar, kita akan coba koordinasi dengan Bulog dan Pemerintah Provinsi untuk menyediakan daging beku. Itu bisa menjadi alternatif,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, kenaikan harga daging sapi berpengaruh pada kegiatan Rumah Potong Hewan (RPH) milik Pemerintah Kota (pemkot) Bandung, yakni di RPH Cirangrang dan RPH Ciroyom.
Menurutnya, dalam kondisi normal RPH milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tersebut rata-rata mampu menyembelih sebanyak 45 ekor sapi setiap harinya. Namun sejak terjadi kenaikan harga, kini berkurang menjadi 32 ekor sapi saja per hari
“Untuk di Kota Bandung normalnya 45 ekor dan itu bisa memenuhi kebutuhan daging di Kota Bandung, kadang-kadang 50 ekor. Tapi sejak kenaikan sekarang jadi sekitar 32 ekor,”kata Gin Gin.
Gin Gin menambahkan, berkurangnya pemotongan daging sapi bukan disebabkan karena kelangkaan hewan, tetapi karrna harga yang melambung tinggi. Para pengusaha pun khawatir akan berkurangnya pembeli sehingga daging segar yang sudah dipotong akan menumpuk dan tidak terjual.
“Sehingga sekarang pengusaha enggan untuk memotong lebih banyak. Khawatir tidak terjual dengan harga yang mahal. Tetapi untuk ketersediaan sapi masih tersedia,” tandasnya. (sr)
Discussion about this post