MADANIACOID.– Pagi di jalanan Baleendah Kabupaten Bandung telah penuh sesak dengan motor dan mobil yang mengarah ke kota Bandung. Pemandangan perumahan padat, ruko, hingga pabrik, ditingkahi riuh rendah deru mesin dan asap knalpot itu mewarnai perjalanan manajemen PLN UID Jabar ke Desa Biru, Kecamatan Majalaya, untuk menghadiri peresmian dan penyalaan listrik program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) 2022 di Kabupaten Bandung, Jabar.
Pemandangan yang kontras langsung terasa begitu rombongan mobil PLN memasuki wilayah Desa Biru. Lanskap desa yang berada di lereng perbukitan di kawasan Bandung Selatan ini didominasi sawah hijau nan asri dengan udara yang sejuk. Desa Biru terletak di ujung barat Kecamatan Majalaya, tak jauh dari daerah aliran Sungai Citarum. Apabila hujan besar menyebabkan Sungai Citarum dan anak sungainya meluap dan banjir, maka akses ke Desa Biru akan terhambat. Tetapi dalam kondisi normal diperlukan waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk mencapai desa ini dari kota Bandung.
Secara lokasi mungkin Desa Biru bukanlah wilayah terpencil. Hanya saja karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, buruh tani, dan buruh pabrik, tak semua warga Desa Biru mampu untuk memiliki listrik sendiri. Kebanyakan warga mendapat listrik dari jaringan listrik milik tetangga ataupun keluarganya.
Endah (33) misalnya, seorang ibu tunggal warga Kampung Cidawolong yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik tekstil di daerah Majalaya. Dengan pendapatan Rp 2,7 juta sebulan, Endah mengaku belum mampu untuk membayar biaya pasang baru listrik sendiri. Terlebih lagi sudah beberapa bulan terakhir kondisi pabrik tekstil tempatnya bekerja sedang kurang baik, sehingga ia dirumahkan dan terpaksa berjualan makanan untuk menyambung hidup. Selama ini Endah mendapatkan listrik dari tetangganya, dan diminta membayar iuran sekitar Rp 30 ribu per bulan. Tak banyak peralatan elektronik di rumah Endah, hanya ada lampu, televisi dan setrika.
Ketika program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) hadir di Kabupaten Bandung, warga Desa Biru menyambut dengan penuh rasa syukur dan bahagia.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ai Komariah, seorang nenek berusia 62 tahun penerima BPBL di Kampung Cangkuang, tak jauh dari Kantor Desa Biru. Ai hidup bersama anak, menantu dan dua cucunya di rumah sederhana berdinding kayu dan bilik bambu di dalam sebuah gang sempit. Rumah yang hanya terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur dan dapur itu juga memiliki langit-langit dari anyaman bambu yang telah berlubang di beberapa bagian. Anak Ai bekerja sebagai buruh pabrik di daerah Baleendah. Selama ini Ai mendapatkan listrik dari rumah tetangga untuk menyalakan lampu dan magic jar, yang mengharuskannya membayar listrik Rp 25 ribu per bulan. Jika Ai terlambat membayar listrik maka sang tetangga juga akan menghentikan listrik ke rumah Ai.
Dan Senin siang itu, tepat setelah Adzan Dzuhur berkumandang dari masjid Al Barokah di sebelah rumah Ai, PLN Pusat yang diwakili oleh EVP Penjualan dan Pelayanan Enterprise, Abdul Farid; PLN UID Jabar yang diwakili GM PLN UID Jabar, Susiana Mutia; ikut melakukan penyalaan listrik di rumah Ai Komariah bersama Ditjen Ketenagalistrikan ESDM yang diwakili oleh Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Obvitnas, Yurod Saleh; Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung, Dicky Anugerah; Kepala Unit Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Kementerian ESDM, Simon Laksmono Himawan; serta Anggota DPR RI Komisi 7, Diah Nurwitasari.
Setelah listriknya menyala, Ai tak dapat menutupi rasa haru dan bahagia. Sesekali ia terlihat menyeka air matanya. “Saya sangat bahagia dan bersyukur, tidak menyangka bisa dapat listrik bantuan dari pemerintah dan PLN, hatur nuhun, terimakasih”, ucapnya terbata pelan.
Dalam sambutannya EVP Penjualan dan Pelayanan Enterprise PLN, Abdul Farid menyampaikan pentingnya sinergi antara PLN, pemerintah dan DPR dalam mewujudkan program bantuan pasang baru listrik ini. Target BPBL tahun 2022 ini adalah 80 ribu. “Mungkin jumlah ini terlihat sedikit, namun ini memang diutamakan yang hasilnya dapat cepat dirasakan, sehingga yang disambung adalah yang tidak memerlukan perluasan jaringan” jelas Abdul Farid.
Pemerintah Kabupaten Bandung yang diwakili Kadisperindag, Dicky Anugrah menyampaikan bahwa BPBL tentu akan mempercepat pembangunan di Kabupaten Bandung. “Sebagian wilayah di perbukitan di sini sedikit kesulitan dalam mendapatkan jaringan listrik sendiri. BPBL merupakan bukti pemerintah hadir dan berkomitmen untuk mensejahterakan masayarakat. Pemkab berharap warga dapat memanfaatkan listrik dengan sebaik-baiknya” ujar Dicky.
Adapun Diah Nurwitasari, anggota Komisi 7 DPR RI mengucapkan terimakasih atas kerjasama semua pihak hingga terwujudnya listrik ini bisa menyala untuk penerima BPBL. “Secara fisik kita memang memberikan sambungan listrik kepada masyarakat, namun secara hakikatnya, apa yang kita berikan adalah menghadirkan kebahagiaan, membuat anak-anak bisa belajar di malam hari, warga bisa membuka usaha dari rumah, dan banyak manfaat lainnya. Kebahagiaan ini tidak ada tolok ukurnya. Oleh karena itu, semoga apa yang kita lakukan hari ini menjadi amal ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan berupa kebaikan dan pahala di sisi Allah” ujar Diah.
Usai menyalakan listrik, manajemen PLN, pemerintah, dan anggota DPR bergegas meninggalkan Desa Biru, untuk kembali melanjutkan tugasnya masing-masing. Walau seremoni ini mungkin terlihat sederhana, namun bagi warga Desa Biru, inilah awal hidup baru, harapan baru, untuk kehidupan yang lebih baik di desa mereka yang damai. (***)
Discussion about this post