Madania.co.id, Jakarta – Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan, mengenali ancaman atau bahaya letusan gunung api itu penting, sehingga dapat menghindar atau mengurangi risikonya
Ia menyampaikan hal tersebut pada Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB), Senin (26/4/2021).
Doni menyinggung kesiapsiagaan dengan beberapa langkah.
“Pertama, kenali ancaman bencana di sekitar kita. Kedua, kurangi risiko bencana sesuai kemampuan kita,” kata dia dalam arahan HKB.
Menurut dia, ada tiga jenis bahaya letusan gunung api, yaitu bahaya primer, sekunder dan kolateral.
Jenis bahaya primer atau bahaya langsung dari peristiwa letusan gunung api.
Bahaya yang berpotensi terjadi, lanjutnya, seperti aliran awan panas, lahar letusan atau lumpur panas, jatuhan piroklastik atau hujan abu, leleran lava dan gas vulkanik beracun.
“Kita dapat melihat fenomena ini seperti saat letusan hebat Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah pada 2010.
Bahaya primer tersebut tidak hanya merusak apa pun lanskap wilayah lereng tetapi juga menelan korban jiwa.
Jenis kedua yaitu bahaya sekunder atau bahaya tidak langsung dari letusan. Bahaya ini berupa lahar hujan. Lahar hujan atau endapan material erupsi pada puncak dan lereng yang terbawa oleh hujan. Peristiwa mengalirnya endapan material berupa lumpur dan bahkan batu besar ini dapat mengubah topografi sungai dan merusak infrastruktur.
Bahaya lain dari jenis bahaya sekunder adalah banjir bandang dan longsoran vulkanik.
Bahaya ini dapat berdampak serius, seperti saat banjir lahar hujan yang merusak jaringan pipa air bersih di sekitar wilayah Kaliurang Barat, Sleman, DIY, pada awal Februari 2021.
Terakhir, bahaya kolateral atau bahaya lain yang dipicu dampak letusan gunung api. Bahaya ini dapat memicu Gerakan tanah pada tubuh gunung, penyakit endemik, kelaparan dan bahkan tsunami.
Contoh bahaya kolateral yang pernah terjadi di Indonesia saat tsunami menerjang beberapa kawasan di Provinsi Banten akhir tahun 2018. Letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menyebabkan fenomena tsunami yang melanda daerah pesisir Banten dan Lampung.
Sementara itu, masyarakat Indonesia juga perlu mempersiapkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman multibahaya. Saat ini pandemi covid-19 masih berlangsung sehingga kesiapsiagaan ekstra dibutuhkan setiap individu, khususnya mereka yang juga menghadapi ancaman bahaya letusan gunung api.
Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 3 gunung api berada pada status aktivitas vulkanik level III atau ‘Siaga,’ yaitu Gunung Ile Lewotolok, Merapi dan Sinabung. Gunung api pada level II atau ‘Waspada’ berjumlah 18 gunung api dan 47 gunung api berada pada level I atau ‘Normal.’ Tak ada satu gunung api pada status level IV atau ‘Awas.’
Discussion about this post