Oleh Karsidi Diningrat
SALAH satu perbuatan yang mencelakakan lainnya ialah, sifat hasad atau dengki terhadap orang lain, terutama terhadap kaum Muslimin, senang melihat orang lain mendapat kesusahan, memendam permusuhan, busuk hati terhadap orang lain, tidak mempunyai perasaan rahmat dan belas kasihan dan suka berprasangka buruk terhadap orang lain, menginginkan nikmat orang lain hilang, menginginkan hina orang lain, menginginkan rusak reputasi orang lain. Semua sifat ini termasuk perbuatan yang membinasakan.
Dengki atau hasad dapat diartikan sebagai kebencian terhadap nikmat yang ada pada diri orang lain dan berharap agar nikmat tersebut hilang dari orang tersebut. Pengertian lain tentang hasad adalah seseorang menginginkan hilangnya kesenangan (nikmat) yang dimiliki orang lain dan berusaha memindahkannya kepada dirinya.
Dengki termasuk akhlak yang buruk dan merupakan penyakit jiwa yang sangat membahayakan kesehatan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa antara dengki dengan kesehatan manusia mempunyai hubungan terbalik. Dengki merupakan sumber dari banyak penyakit kejiwaan. Orang yang dengki hidup dengan penderitaan batin di dalam dirinya. Orang yang memiliki sifat iri hati apabila melihat orang lain senang, ia akan merasa susah hati dan gelisah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Hati-hatilah kalian terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu merupakan perkataan yang paling dusta, dan janganlah kalian saling intai-mengintai, dan janganlah kalian saling berprasangka, dan janganlah kalian saling bersaing dan jangan pulalah kalian saling dengki mendengki, dan janganlah kalian saling benci-membenci, serta janganlah kalian saling jerumus-menjerumuskan, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah r.a.).
Makna hadis ini merupakan kesimpulan dari makna yang terkandung dalam firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudara kalian dan bertaqwalah kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari pada wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat, 49: 10-12).
Akan halnya sifat hasad atau dengki ini, maka cukuplah gambaran cela dan buruknya sebagaimana dinyatakan Allah dalam perintah-Nya kepada Rasul-Nya, agar senantiasa berlindung kepadanya dari bencana orang yang mendengki dan dari bencana setan yang terkutuk. Obat untuk menyembuhkan dengki adalah dengan berusaha menjauhinya. Jauhilah rasa dengki kepada orang lain karena berbagai karunia yang Allah Swt. berikan kepada kita.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasa subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhulnya, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq, 113: 1-5).
Dengki Dapat Menghapus Kebaikan
Dalam sabda Rasulullah Saw. dinyatakan, “Kedengkian dapat menghapus kebaikan-kebaikan seperti api melalap kayu, sedekah dapat memadamkan dosa seperti air memadamkan api, salat adalah nur (cahaya) orang mukmin, sedangkan shaum adalah benteng (yang menyelamatkan seseorang) dari api (neraka).” (HR. Ibnu Majaah). Dan dalam hadis yang lain disebutkan, “Uneg-uneg dan dengki, keduanya dapat menghapus kebaikan-kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR. Hasan r.a.).
Dengki, iri hati, syirik dan uneg-uneg itu sama saja dengan api yang menyala-nyala dan membakar kebaikan pelakunya hingga habis, bila tidak segera dipadamkan, karena itu jauhilah sifat yang tercela ini dengan banyak berdoa seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, “Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kamu terhadap orang-orang yang beriman.’ (Al-Hasyr, 59: 10). Akan tetapi sebaliknya, bersedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api. Dalam hadis lain disebutkan bahwa sedekah itu dapat memadamkan kemurkaan Allah. Salat adalah nur orang mukmin yang dapat mencegahnya melakukan perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, “Dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut, 29: 45). Sedangkan puasa merupakan benteng yang dapat melindungi pelakunya dari neraka.
Makna hasad atau dengki ialah, merasa sakit hati dan kurang senang terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah kepada salah seorang hamba-Nya, baik dalam urusan agama maupun dunia. Sebaliknya, ia juga berharap agar nikmat itu terhapus daripadanya, dan jika mungkin, biarlah dia sendiri yang mendapatkan kenikmatan itu, meski hal itu mustahil terjadi. Itulah puncak keburukan hasad. Barangsiapa mendapatkan sifat itu di dalam dirinya, hendaklah kita menyembunyikannya di dalam batin dan tidak melahirkannya kepada orang lain, baik dengan lisan maupun perbuatan.
Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda, “Jangan menunjukkan kegembiraan atas penderitaan saudara niscaya Allah akan menyelamatkannya dan akan menimpakan (musibah) kepadamu.” (HR. Aththusi dan Tirmidzi). Dalam hadis lain disebutkan, “Tiga perkara tidak seorang pun terlepas daripadanya, yaitu: Hasad, buruk sangka dan menganggap sial terhadap sesuatu. Maukah kamu aku tunjukkan jalan keluar daripadanya? Jika engkau mendengki, janganlah melampaui batas. Jika engkau berprasangka buruk, jangan engkau teruskan. Dan jika engkau merasa sial, teruskanlah (usahamu).”
Makna hadis ini adalah jangan kita berhenti melakukan sesuatu yang kita cita-citakan, hanya karena kita merasa (beroleh) sial. Demikian halnya jika kita memiliki sifat dengki, maka hendaklah kita melawan perasaan hatinya yang diliputi kedengkian itu dengan memuji orang yang didengkinya dan berupaya sungguh-sungguh untuk memuliakan atau membantunya. Demikian itu lebih baik, lantaran ia merupakan obat yang paling mujarab untuk melenyapkan perasaan dengki di hati, atau paling tidak menguranginya.
Adapun perasaan iri hati. Maka hal itu tidak salah. Tidak mengapa kita menginginkan nikmat yang sama dengan apa yang dianugerahkan Allah kepada orang lain atau saudara kita. Terlebih lagi, jika nikmat itu menyangkut urusan agama seperti, ilmu pengetahuan dan amal ibadah. Maka, iri hati seperti ini merupakan hal yang terpuji. Tetapi, jika nikmat itu menyangkut urusan dunia seperti, harta benda, kedudukan dan pangkat, maka iri hati seperti ini menjadi mubah hukumnya.
Tidak Boleh Iri Hati kecuali dalam Dua Perkara
Dari Abdullah bin Umar r.a., dia berkata: Rasulullah bersabda, “Tidak diperbolehkan iri hati kecuali dalam dua perkara” Pertama: Orang yang diberi Kitabullah (Ilmu yang ada di dalamnya), lalu dia melaksanakannya di tengah malam, siang hari, dan sepanjang masa. Kedua: Seorang yang diberi harta oleh Allah, kemudian harta itu dihabiskannya untuk sedekah pada tengah malam dan siang.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi menuturkan bahwa membaca Al-Qur’an paling utama adalah pada waktu malam dan pada setengah malam terakhir. Ia berkata, “Adapun membaca Al-Qur’an selain dalam shalat yang paling utama adalah pada waktu malam. Setengah terakhir dari waktu malam lebih utama dari setengah pertama. Membaca Al-Qur’an antara maghrib dan isya disunnahkan. Adapun membaca Al-Qur’an di siang hari, maka paling utama setelah shalat subuh. Dan tidak ada kemakruhan membaca Al-Qur’an dalam segala waktu.”
Jangan meninggalkan sedekah, karena takut menjadi miskin, atau khawatir hartanya akan berkekurangan. Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan”. Sebenarnya, justru sedekah itulah menambah kekayaan dan meluaskan hidup, menjauhkan kekurangan dan kesempitan. Sedang meninggalkan sedekah akan menghasilkan keadaan yang sebaliknya. Yakni mendatangkan kemiskinan dan melenyapkan kekayaan.
Hadis ini dapat disimpulkan, bahwa iri hati yang diperolehkan agama ada dua, yaitu: Ilmu yang dipergunakan dengan tepat dan murah hati. Meskipun demikian, perlu diingat, bahwa sifat murah hati tidak akan terpuji bila tidak disertai dengan ilmu. Demikian pula dengan iri hati. Iri hati tidak akan benar sesuai dengan kehendak Allah bila tidak disertai dengan ilmu-Nya. Dalam suatu riwayat, Dari Umar r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum sebab Kitab (Al-Qur’an) ini, dan menjatuhkan kaum yang lain sebab Kitab itu pula.” (HR. Muslim).
Dalam hadis yang lain Rasulullah Saw. bersabda, “… Dan janganlah kalian dengki, karena sesungguhnya kedua anak Adam. (Qabil dan Habil) seorang di antaranya membunuh yang lainnya karena terdorong oleh rasa dengki …”. (HR. Ibnu Asakir melalui Ibnu Mas’ud r.a). Al-Hasad, dengki. Sifat inilah yang mendorong kedua anak Nabi Adam, salah satunya membunuh saudaranya. Sifat ini merupakan biang dari segala perbuatan dosa. Ketika Allah Subhanahu wa ta’ala menerima kurban yang dipersembahkan oleh Habil, saudaranya yang bernama Qabil juga mempersembahkan kurban, tetapi tidak diterima, lalu merasa dengki terhadapnya. Kemudian, timbullah dorongan untuk membunuh saudaranya itu. Kisah ini merupakan kisah pembunuhan pertama yang dilakukan oleh manusia, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, “Maka hawa nafsu Qabil (rasa dengkinya) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Ma’idah, 5: 30)
Namun, jika menginginkan kecelakaan terhadap orang lain atau seorang muslim, atau menyimpan kehendak untuk mencelakakan, untuk menipu, memusuhi atau mendengki, maka jelaslah larangan keras terhadapnya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Tidak sempurna seseorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai diri sendiri”. Sabdanya lagi, “Barang siapa menipu kaum Muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka.” Juga dalam hadis lain dinyatakan, “Sekiranya engkau bisa berpagi dan berpetang, sedang hatimu tidak menyimpan perasaan ingin menipu seseorang, maka kekalkanlah perilaku itu, karena demikian itu adalah sunnahku.”
Ada beberapa sahabat yang mengatakan, di antaranya bernama Ahnaf bin Qays bahwa, “Lima perkara ini, sebagaimana saya katakan ialah: Tidak pernah merasakan hati yang lega bagi orang suka dengki. Tidak berkepribadian bagi orang yang suka dusta. Tidak merasakan cukup bagi seorang raja. Tidak berdalih bagi orang yang bakhil. Dan tidak mendapatkan kekuasaan bagi orang yang berperangai jelek.”
Khalil bin Ahmad mengatakan, “Sepengetahuanku, tidak ada seseorang yang paling mirip dengan orang yang zalim dan orang yang dizalimi, selain orang yang dengki bernapas sesak, berakal bingung, bersusah hati yang tidak dapat dielakkan.”
Sedangkan Mubarrad melagukan syairnya, “Pandangan mata seorang yang suka dengki selalu memperhatikanmu sepanjang masa. Mengungkapkan kejelekan dan menyembunyikan kebaikan. Dia menampakkan wajah yang berseri-seri kepadamu dengan sikap yang supel sekali. Tapi dalam hati tersimpan rahasia, kebalikan dari ungkapan mulut. Orang yang tidak berdosalah medan permusuhan pelaku dengki. Tanpa alasan sedikit pun dia pergunakan untuk menodainya.”
Sedangkan Bisyr bin Harits Al-Hafi juga berkata, “Permusuhan biasanya di pihak keluarga, dengki di pihak tetangga, dan manfaat di pihak saudara sepergaulan.” Serta Hasan mengatakan, “dengki itu perbuatan dosa yang pertama di dunia ini.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Janganlah kamu saling memarahi, janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjauhi (memutuskan silaturahmi). Dan jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara. Tidaklah halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Ketika keduanya bertemu, maka saling mengganggu. Sebaik-baik di antara keduanya ialah orang yang lebih dahulu memberi salam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam bish-shawwab.
Discussion about this post