Madania.co.id, Bandung – Investasi tak kunjung hasil, sejumlah anggota komunitas Green Warrior (GW) menggeruduk Kantor Mulia Sejahtera milik PT Global Media Nusantara (GMN) di Jalan Terusan Antapani, Kota Bandung, Sabtu (30/1/2021).
Adapun, komunitas GW merasa menjadi korban dan menuntut pertanggungjawaban manajemen PT GMN, terkait nasib investasi pohon Jati Kebon (Jabon) yang dikelola perusahaan tersebut, namun belum menunjukkan tanda-tanda memberikan hasil panen.
Salah satu korban investasi pohon Jabon asal Jogja, Sri Utami (45) mengatakan, ia datang ke Bandung untuk meminta pertanggungjawaban terkait panen pohon (Jabon) hasil investasi yang ditanam lima tahun lalu, namun hingga waktunya panen tidak terealisasi.
“Paling pokok adalah kami sampai datang kesini, kondisi covid seperti ini ya, ini tidak mudah bagi kami ya. Kami hanya ingin meminta pertanggungjawaban dari PT Global Media Nusantara dan juga PT. Argo Bisnis,” ujarnya.
Selain itu, Sri Utami juga khawatir ketika mendengar ada gugatan kepailitan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang dilayangkan ke PT Global Media Nusantara dan juga PT Agro Bisnis pada 25 Januari 2021, yang menyebabkan tuntutan para investor terancam tidak dapat dilakukan alias nihil.
“Kami sangat resah ketika mendengar ada gugatan terkait hutang PT GMN, karena memang benar bahwa aset-aset kami ada disitu, ya ini semakin membuat kita resah. Kalau saya dulu inves pohonnya sekitar Rp12 juta. Kami dan temen-temen ya di seluruh Indonesia ya sekitaran ada 17 Milliar lebih,” katanya.
Di lokasi yang sama, salah satu anggota komunitas GW Feri (40) mengatakan, dirinya mengajak teman-temannya yang berada di Hongkong untuk berinvestasi pohon Jabon tersebut.
“Banyak Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong yang ikut serta program ini, yang dulunya menggantungkan harapan kan saya diajak ketemu dengan KJRI lah disana, bersyukur membantu TKW untuk bisa punya tabungan disini,” tutur Feri.
Diketahui, investor yang merasa menjadi korban pun terdiri dari seluruh Indonesia seperti Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera, Kalimantan, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan perwakilan dari para TKI Hongkong dan Arab Saudi.
Selain itu, Feri juga menuturkan bahwa TKW di Hongkong yang menjadi korban investasi Jabon berjumlah ratusan.
“Banyak bahkan ratusan orang, omset dari sana juga sampai Milliaran. Pernah juga bikin acara di Hongkong di sana, Pak Wira pemilik perusahaan juga sempat diundang hadir untuk menjelaskan programnya seperti apa, bahkan ketemu dengan orang KJRI di Hongkong. Intinya ini ketidak professional perusahaan, tidak serius,” paparnya.
Setelah melewati waktu lima tahun, pohon Jabon yang diharapkan oleh Feri tak kunjung panen dan tidak terealisasi.
“Dulu saya investasi Jabon itu sekitar Rp40 juta,” jelasnya.
Sekedar informasi dari para korban, bisnis ini terintegrasi menjadi International Green Invesment System disingkat IGIST. Klaimnya, bisnis ini menyelamatkan bumi, sedekah oksigen, penghijauan dan gerakan mulia lainnya yang membuat banyak orang berminat menanamkan modalnya.
Banyak masyarakat tertarik bergabung dengan GW karena diiming-imingi keuntungan menggiurkan dari investasi pohon Jabon.
Dengan pertumbuhan pohon yang cepat, investor dijanjikan sudah bisa panen di tahun ke-5 dan ke-10. Satu pohon Jabon seharga Rp350 ribu, untuk keuntungannya pada tahun ke-5 bisa mencapai jutaan rupiah perpohonnya. (mrf)
Discussion about this post