Madania.co.id, Jepang – Setelah sebelumnya mencabut keadaan darurat pada Mei 2020, Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga siap mengumumkan keadaan darurat Covid-19 untuk kedua kalinya. Suga mengatakan, Jepang akan mulai bertindak pada Kamis untuk mengatasi lonjakan kasus yang terjadi di wilayah Tokyo.
Dilansir dari asia.nikkei.com, Dewan Penasihat virus corona Jepang akan segera menggelar sidang dan membahas rencana deklarasi darurat serta waktu akhir pencabutannya. Pada Senin pukul 8 malam, Jepang melaporkan 3.302 kasus Covid-19 baru dan lebih dari sepertiganya berada di Tokyo serta tiga prefektur lainnya.
Keadaan darurat ini akan dilangsungkan selama sebulan yang mencakup ibu kota serta daerah lain seperti Kanagawa, Saitama dan Chiba.
Dengan deklarasi darurat itu, pemerintah akan membatasi beberapa sektor seperti restoran dan bar. Jam kerja yang berlaku juga akan lebih pendek. Pembatasan ini akan berlaku hingga 31 Januari.
Pemerintah Jepang menjelaskan, pembatasan terhadap bisnis dan jam kerja lebih pendek tidak terikat dengan hukum, namun para gubernur dapat mengeluarkan instruksi dan mempublikasikan nama-nama bisnis yang mengabaikan arahan dari pemerintah.
Tak Batasi Kegiatan Sekolah
Berbeda dengan sektor usaha, pemerintah Jepang berencana tidak akan membatasi kegiatan sekolah seperti yang dilakukan saat deklarasi darurat pertama.
Banyaknya jadwal ujian masuk universitas nasional dan semester baru akan segera dimulai membuat pemerintah Jepang berhati-hati dalam menutup kegiatan pendidikan.
Dalam konferensi persnya, Suga menegaskan, pemerintahnya akan memulai vaksinasi covid-19 paling cepat pada akhir Februari. Perusahaan farmasi AS juga memperkirakan akan menyelesaikan persiapan data uji klinis di Jepang pada Januari. Ini lebih cepat dari jadwal yang direncakan.
Diketahui Tokyo melaporkan 1.337 kasus harian pada Kamis lalu, dan pada hari Minggu melaporkan lebih dari 100 pasien memiliki gejala parah. (Fan)
Discussion about this post