GARUT, madania.co.id – Kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi bayang-bayang gelap yang terus menghantui ruang-ruang pendidikan.
Data nasional mencatat, ribuan kasus kekerasan terjadi setiap tahun, sebagian besar menimpa remaja di lingkungan sekolah maupun keluarga.
Di tengah situasi itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) menggelar Kampanye Anti Kekerasan di SMAN 6 Garut, Rabu, 14 Agustus 2025.
Program ini menyasar 10 sekolah menengah di Kabupaten Garut. Pesan yang dibawa tegas, hentikan normalisasi kekerasan, sekecil apa pun bentuknya.
“Jangan menormalisasi kekerasan atas nama pergaulan, candaan, atau tradisi. Semua bentuk kekerasan harus dilawan,” kata Kepala DP3AKB Jabar, dr. Siska Gerfianti, dikutip Rabu (20/8/2025)
Siska memperkenalkan kembali Panca Waluya—lima nilai luhur Jawa Barat: cageur, bageur, bener, pinter, singer. Bagi dia, nilai itu bukan sekadar jargon, melainkan fondasi karakter remaja. Jika dipraktikkan, sekolah dan keluarga bisa menjadi ruang aman tanpa kekerasan.
Wakil Bupati Garut, drg. Luthfianisa Putri Karlina, yang membuka acara, menegaskan pentingnya keberanian bersuara.
“Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi ruang pembentukan karakter. Jangan diam jika melihat atau mengalami kekerasan. Laporkan. Dengan berbicara, kita mencegah lebih banyak korban,” ujarnya.
Kampanye ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari Kejaksaan Negeri Garut, Kepala Dinas PPKBPPPA Kabupaten Garut, hingga Dinas Kesehatan yang menyediakan layanan cek kesehatan gratis—dari pemeriksaan gizi, mental health, skrining TBC, hingga deteksi anemia. Pendekatannya menyeluruh, menyatukan pendidikan, hukum, kesehatan, dan keluarga dalam satu kerangka perlindungan anak.
Namun, pesan pentingnya jelas, melawan kekerasan bukan sekadar program pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama.











Discussion about this post