Bandung.madania.co.id – “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang salehah.” (HR. Muslim No. 1467)
Dalam era modern ini, di mana badai permasalahan rumah tangga semakin sering menghantam, renungan tentang arti kesetiaan menjadi lebih relevan dari sebelumnya.
Islam telah menghadirkan teladan luar biasa dari para perempuan salehah yang menjadi simbol kekuatan, cinta, dan iman dalam pernikahan.
1. Siti Hajar: Setia dalam Sunyi dan Taat dalam Ujian
Kisah Siti Hajar mengajarkan bahwa cinta sejati bukan sekadar kata-kata manis, tetapi keteguhan hati dalam kesendirian. Ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya di padang tandus atas perintah Allah, ia tak mengeluh. Ia tak mendua. Ia percaya. Kesetiaannya bukan hanya kepada suami, tapi kepada perintah Ilahi. Ini adalah bentuk tertinggi dari iman dan cinta.
2. Sayyidah Khadijah: Setia dalam Duka dan Derita
Istri pertama Rasulullah, Sayyidah Khadijah, memilih untuk mendampingi bukan hanya saat kemuliaan datang, tetapi sejak masa awal dakwah ketika Rasul dihina dan dijauhi. Khadijah tetap setia, menjadi tempat bernaung bagi jiwa suami yang lelah. Kesetiaannya menjadi penopang perjuangan Rasul hingga akhir hayat.
3. Ummu Sulaim: Diam dalam Sabar, Doa dalam Luka
Kesetiaan juga hadir dalam bentuk yang lebih halus—diam yang sabar dan doa yang tulus. Ummu Sulaim menyembunyikan duka agar tak menambah beban suaminya. Ia mengajarkan bahwa dalam rumah tangga, terkadang cinta paling tulus adalah yang tak bersuara.
4. Makna Kesetiaan dalam Islam
Kesetiaan bukan hanya tentang tidak berpaling hati. Dalam Islam, kesetiaan adalah terus mencintai meski letih, terus mendoakan meski terluka, dan terus berjuang meski dunia terasa berat. Rumah tangga bukan tentang siapa yang paling benar, tapi siapa yang paling sabar.
5. Rumah Tangga: Surga atau Neraka di Dunia
Menurut survei psikologi modern, masalah rumah tangga menjadi salah satu penyebab stres terbesar saat ini. Bahkan para psikolog sepakat, “Jika ada surga di dunia, maka itu adalah rumah tangga yang bahagia. Dan jika ada neraka di dunia, maka itu adalah pernikahan yang gagal.”
Maka, rumah tangga bisa menjadi surga atau neraka tergantung pada bagaimana pasangan saling berbagi—bukan hanya dalam suka, tapi juga dalam duka.
Pernikahan bukanlah ujian yang bisa “lulus” seperti sekolah. Ia adalah pelajaran seumur hidup. Tak ada akhir dari belajar mencinta, bersabar, dan bertumbuh bersama. Kecuali satu: saat maut memisahkan, untuk kembali dipersatukan dalam syurga.
salam:#samawa @iwan
Penulis : Iwan Setiawan
Discussion about this post