Bandung.madania.co.id – Pagi itu langit Bandung masih berkabut tipis ketika sebuah mobil nyaris tersambar kereta di salah satu perlintasan sebidang. Palang pintu sudah tertutup, suara sirine meraung, namun sang pengemudi tetap nekat menerobos. Untungnya, kereta berhasil berhenti tepat waktu. Peristiwa ini bukanlah yang pertama.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung, melalui Manajer Humasnya, Kuswardojo, kembali mengingatkan publik bahwa palang pintu bukanlah penentu mutlak boleh tidaknya melintas.
“Palang hanyalah alat bantu keselamatan. Prioritas tetap milik kereta api. Bahkan tanpa palang sekalipun, masyarakat wajib mendahulukan kereta,” tegasnya, merujuk pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.
Peringatan ini bukan tanpa alasan. Dalam kurun waktu Januari hingga Mei 2025, sudah ada enam kasus kendaraan tertemper kereta di wilayah Daop 2. Mayoritas disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan yang mengabaikan aturan dasar keselamatan: berhenti, tengok kanan-kiri, dan pastikan jalur aman sebelum melintas.
“Kadang masyarakat menganggap kalau ada palang dan penjaga, mereka bisa santai. Padahal itu bukan jaminan,” lanjut Kuswardojo.
Sebagai langkah konkret, KAI Daop 2 Bandung telah menutup 13 perlintasan liar yang tersebar di wilayah operasinya selama lima bulan terakhir. Penutupan dilakukan bekerja sama dengan pemerintah daerah, Dinas Perhubungan, dan kepolisian. Upaya ini menjadi bagian dari kampanye keselamatan nasional untuk mengurangi potensi kecelakaan yang fatal.
Kuswardojo juga menekankan pentingnya budaya keselamatan kolektif. “Kami tidak bisa bekerja sendiri. Keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Mari kita budayakan perilaku waspada setiap kali melintasi rel kereta api.”
Di balik setiap tabrakan yang terjadi, bukan hanya nyawa yang jadi taruhan. Operasional kereta terganggu, ribuan penumpang terdampak, dan trauma mengendap pada mereka yang selamat. Maka dari itu, kesadaran dan kehati-hatian menjadi kunci utama.
“Perlintasan sebidang adalah titik temu dua dunia: jalan dan rel. Dan di titik itu, satu detik ceroboh bisa jadi selamanya terlambat,” pungkasnya.***
Discussion about this post