MADANIACOID – Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Repubik Indonesia (DPR RI) Netty Prasetiyani mengajak masyarakat menjadikan keluarga berkualitas sebagai isu utama program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).
Netty mengungkapkan hal itu saat menjadi narasumber Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Gedung Kemuning Gading, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, pada Sabtu 9 November 2024.
“Pada hari ini BKKBN memproritaskan program pembangunan keluarga. Keluarga sangat menentukan kemajuan bangsa melalui institusi terkecil yaitu keluarga. Hari ini bukan hanya dua anak cukup. Bukan hanya dua anak sehat. Tetapi, sekarang yaitu membangun keluarga berkualitas. Ada empat syarat agar kita bisa membangun keluarga berkualitas,” ungkap Netty.
Wakil Ketua Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI ini menguraikan empat syarat tersebut meliputi visi, perencanaan, ketahanan, dan pola asuh. Visi berarti tujuan berkeluarga harus jelas. Perencanaan berarti bahwa kehidupan berkeluarga harus diawali dengan persiapan dan perencanaan yang baik. Ketahanan berarti menjadikan nilai agama sebagai pondasi membangunan keluarga. Pola asuh berarti pengasuhan harus dilakukan secara benar dan tepat.
“Visi berkeluarga harus benar. Visi berkeluarga yang benar yaitu karena ingin beribadah,” tegas Netty.
Adapun perencanaan sejatinya diawali dengan merencanaan usia menikah. Bagi remaja perempuan minimal 21 tahun dan remaja laki-laki 25 tahun. Lebih dari sekadar usia, perencanaan matang juga meliputi kematangan emosional dan psikologis.
Kemudian, sebuah keluarga membutuhkan sebuah ketahanan. Sebut saja misalnya ketahanan ekonomi, ketahanan sosial, ketahanan psikologis, dan yang sangat fundamental adalah ketahanan spiritual atau agama.
“Pola asuh yang baik dan tepat itu sudah tersirat dalam delapan fungsi keluarga. Yaitu, fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan. Saya mengajak keluarga-keluarga di sini untuk memberikan pengasuhan terbaik kepada anak-anak,” ajak Netty.
Dia mengingatkan bahwa pengasuhan bukan semata menjadi tanggung jawab seorang ibu. Seorang ayah memiliki kewajiban yang sama dalam memberikan pengasuhan kepada anak-anaknya. Sebagai contoh, stunting tidak lepas dari peran ibu dan juga peran bapak. Stunting sebagai kondisi gagal tumbuh kembang pada anak disebabkan kekurangan gizi kronis dan infeksi penyakit berulang yang berkaitan erat dengan tanggung jawab ayah dan ibu dalam keluarga.
Senada dengan Netty, Sekretaris Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat Kukuh Dwi Setiawan menyampaikan, program Bangga Kencana tidak melulu soal keluarga berencana (KB) dan alat kontrasepsi. Bagi Kukuh, KB hanya alat, bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah membentuk keluarga berkualitas. Karena itu, pemahaman delapan fungsi keluarga harus bisa dikembangkan dalam perspektif lokal.
Di sisi lain, Kukuh mengingatkan bahwa program percepatan penurunan stunting tidak hanya melalui progran bagi-bagi makanan. Jauh lebih penting adalah perubahan perilaku masyarakat, seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan seluruh anggota keluarga.
“Keluarga harus sadar pentingnya pencegahan stunting. Perhatikan konsumsi makanan, pengasuhan anak yang tepat, air bersih, dan sanitasi lingkungan,” ungkap Kukuh.
Dia juga melaporkan, saat ini proses pengambilan data prevalensi stunting di Jabar sudah terealisasi di 20 kabupaten dan kota. BKKBN menargetkan pengambilan sampel di tujuh kabupaten dan kota tersisa akan tuntas pada pekan kedua November 2024.
Sementara itu, Widyaiswara Ahli Madya BKKBN Afif Miftahul Majid mengingatkan agar kader KB, pos pelayanan terpadu (Posyandu), tim pendamping keluarga (TPK) harus siap untuk terus mendampingi keluarga, ibu hamil, dan catin agar menjadi keluarga berkualitas. Program Bangga Kencana, sambung Afif, antara lain penyiapan kehidupan berkeluarga.
“Calon pengantin harus disiapkan kesehatannya selama tiga bulan sebelum menikah. Calon pria stop rokok dulu agar spermanya sehat. BKKBN juga punya BKB, BKR, Genre, BKL, dan UPPKA,” jelas Afif.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Anas S Rasmana menjelaskan, pihaknya kini tengah menyiapkan talas Bogor sebagai program konvergensi untuk mencegah stunting. Program ini telah dilakukan sejak 2017 lalu.
“Selain Taleus Bogor, Kota Bogor juga melakukan berbagai program lain untuk menekan angka stunting, seperti program penyuluhan Ibu Anak Tangguh Kota Bogor (Batagor), pemberian bantuan telur dari ASN (Pemkot Penting-Lur), minilokakarya, audit kasus stunting, dan Bapak Asuh Atasi Stunting,” jelas Anas.(RLS)
Discussion about this post