Madania.co.id, Bandung- Makna Hari Disabilitas Internasional, Syamsi Dhuha Foundation (SDF) terdorong untuk apresiasi prestasi para Difabel Netra (DN). Hal itu sekaligus turut mendukung tercapainya ‘Indonesia Inklusi, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh’, melalui SDF BriCane Awards.
BriCane (Brilliant Cane), tongkat tunanetra kekinian akan mudahkan mobilitas para DN di lapangan. Penghargaan kali ini menggenapkan 36 DN penerimanya yg berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti Medan, Lombok, Bali, Makassar, NTT, Sidoarjo, Magelang, Purwokerto, Malang, Jakarta dan Bandung senilai total hampir Rp. 120jt. Acara penghargaan akan disiarkan daring dan terbuka bagi umum, Kamis, (2/12/2021)
“Menurut WHO, dari 1 milyar penyandang disabilitas, 80% tinggal di negara berkembang. Sedangkan berdasarkan Survei Sosial-Ekonomi Nasional 2019, penyandang disabilitas di Indonesia 9,7% dari jumlah penduduk, atau sekitar 26 juta,” kata ketua Ketua SDF, Dian Syarief melalui siaran pers yang diterima redaksi, Rabu (1/12/2021)
Menurut Dian yang juga penyandang Low vision, masih terbatasnya akses maupun kualitas alat bantu pendukung penyandang disabilitas, khususnya bagi DN, memicu SDF untuk tetap melakukan penelitian dan pengembangan alat bantu DN selama 3 tahun terakhir ini yang hasilkan BriCane. ia mengatakan, tongkat tunanetra kekinian dilengkapi dengan aplikasi, sensor untuk mendeteksi halangan, tombol darurat untuk dapat melokalisir keberadaan DN yg disorientasi/tersesat dan ujung tongkat yang kokoh untuk bertumpu. “Tongkat sejenis sudah ada di luar negeri, dengan kisaran harga lebih dari Rp. 9 juta. Hadirnya BriCane jadi alternatif bagi DN tuk peroleh harga lebih murah 60 – 70% dari tongkat impor,” jelasnya.
Bincang Inspiratif
Selain acara penghargaan, disajikan pula bincang inspiratif bersama tiga DN Low vision, bright passion yang juga penerima SDF BriCane Awards sebelumnya. Mereka adalah Made Wikan Dana, Tabanan, Bali: Riset Analis di Unicef, divisi Dissability Inclusion of Research; Muhammad Luthfi, Makassar: Trainer NLP, Aktivis PerDIK/Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan & Australian Award Scholarship Recipient; serta Adrian Arif, Bandung: Mahasiswa Prestatif Beasiswa Bidikmisi jurusan PKN UPI, Aktivis Mahasiswa di berbagai organisasi kampus & non kampus, peraih berbagai penghargaan dalam dan luar negeri.
Wikan membagikan pengalamannya bekerja di lembaga internasional, sedangkan Luthfi tetap berikan training, jalankan kegiatan di PerDIK sambil menanti keberangkatannya ke Australia yg tertunda karena pandemi. Adrian seringkali dapatkan kesempatan tuk melatih jiwa kepemimpinan yg efektif dan berkelanjutan dengan aktif berorganisasi. Keterbatasan penglihatan tak halangi raih kesempatan dan berprestasi di berbagai bidang, sebagai Makna Hari Disabilitas Internasional,.***
Discussion about this post