INDONESIA sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar memiliki banyak sekolah Al-qur’an di seluruh penjuru negeri. Hal ini memudahkan umat muslim untuk belajar dan mengajar al-qur’an dimanapun. Bahkan kemudahan ini membuat penduduk yang berasal dari negara mayoritas memiliki keinginan untuk belajar Al-qur’an di Indonesia.
Hal ini dirasakan oleh salah satu Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Fadia Allika Annaas. Tidak hanya belajar mengaji, Fadia juga aktif mengajar al-qur’an di Rumah Qur’an Indonesia dan memiliki murid yang berasal dari Kanada dan Singapura.
- Awal Mula Mengajar Al-Qur’an
Berawal dari tawaran pesantren untuk mengajar, Fadia kini memiliki murid yang berasal dari luar negeri. Sebelumnya ia diberi kepercayaan untuk mengajar anak-anak TK dan SD. Kemudian pada ramadhan tahun 2020, Fadia ditawari untuk mengajar siswa yang berasal dari Singapura.
“Saya ditawarin untuk ngajar orang Singapura full Bahasa Inggris, awalnya saya bingung tapi saya iya-in aja Insya Allah saya bisa. Saya juga micro teaching dengan ustadzah di rumah qur’an setelah itu baru saya ngajar. Dari orang Singapura saya diamanahkan untuk mengajar orang Kanada sampai sekarang” ujarnya.
Fadia juga mengungkapkan beberapa pengalaman unik yang dirasakannya selama mengajar murid Kanada dan Singapura. Salah satunya saat memperkenalkan huruf hijaiyah sebelum memulai belajar, ia mengungkapkan orang asing cenderung kesulitan mengucapkan huruf H, dzho dan tho.
“Walaupun agak sulit, tapi orang Kanada memiliki rasa penasaran yang besar, mereka jarang absen mengaji dan antusias memperdalam al-qur’an. Orang barat aja segitu besarnya ingin belajar al-qur’an, kita mayoritas muslim juga jangan malas-malasan” ujar Fadia.
- Mengejar Double Degree
Tidak hanya mengajar al-qur’an, Fadia juga memiliki kegiatan yang padat dalam akademiknya. Diketahui, Fadia sedang menyelesaikan kuliah di dua jurusan yaitu Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Fisika.
Cita-citanya untuk menjadi pengajar membuat Fadia termotivasi untuk mengambil kuliah di dua jurusan. Bahkan Fadia meraih beasiswa melalui jalur tahfidz untuk kuliahnya di jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Kegiatannya sebagai pengajar dan mahasiswa di dua jurusan membuatnya harus mengeluarkan usaha ekstra dalam mengatur waktu.
“Biasanya saya bikin list kegiatan, di pondok pesantren untuk waktu menghafal abis Subuh dan Isya. Lalu dari pagi sampai sore kuliah, dan untuk tugas dibuat skala prioritas. Kadang saya bentrok jadwalnya tapi diakalin gimana caranya biar semuanya gak keteteran,” ungkap pria asal Banten ini.
Kegiatannya yang padat dan melelahkan tidak membuat Fadia lantas menyerah. Keinginannya untuk ikut berkontribusi dalam mencerdaskan generasi bangsa menjadi kekuatan untuk selalu semangat dalam menjalani aktivitas.
“Saya termotivasi untuk mencerdaskan anak bangsa, bisa dibilang hobi saya mengajar. Saya ingin menjadi guru atau dosen, saya suka mengajar Al-qur’an. Rasanya luar biasa karena selain menyebarkan ilmu juga bisa menambah wawasan dan meningkatkan soft skill ,” tutupnya. (fan)
Discussion about this post