Madania.co.id, Bandung – Daluang merupakan kertas tradisional asal Indonesia yang terbuat dari serat kayu paper mulberry (Broussonetia Papyryfera Vent) atau lebih dikenal dengan sebutan pohon saeh. Studio Toekang Saeh merupakan tempat pembuatan kertas daluang di Kota Bandung yang masih eksis hingga saat ini.
Pemilik studio tersebut, Ahmad Mufid Sururi menuturkan, terdapat beberapa proses pengolahan batang pohon saeh hingga menjadi kertas daluang yang siap digunakan. Dia bisa menghabiskan waktu hingga satu bulan untuk menghasilkan selembar kertas daluang.
“Adapun batang pohon saeh yang digunakan berkisar antara delapan bulan hingga dua tahun. Setelah batang pohon saeh siap, kuliti batang hingga bersih dan rendam beberapa jam. Hal ini bertujuan agar batang mudah untuk ditempa oleh alat yang dinamakan pameupeuh atau pemukul,” ujarnya di Studio Toekang Saeh, Komplek Koperasi Bina Mandiri No. 3 Ujungberung, beberapa waktu lalu.
Mufid melanjutkan, batang dipukul hingga mendapatkan ketebalan kertas yang diinginkan. Menurutnya, diperlukan teknik untuk melakukan hal ini. Alih-alih menjadi kertas yang mulus, batang yang dipukul malah akan terlalu tebal atau bahkan terlalu tipis karena pemukulan yang tidak merata.
Setelah menjadi seperti lembaran kertas, maka perlu direndam kembali dan dibungkus daun pisang hingga mengeluarkan lendir beberapa saat. Setelah itu kertas yang baru setengah jadi dijemur di atas pelepah pisang hingga kering. Lalu, setelah kering, bagian atas kertas yang cenderung lebih kasar digosok hingga permukaannya halus.
Menurut Mufid, pohon saeh yang merupakan bahan baku pembuatan kertas daluang tidak hanya tumbuh di Indonesia. Namun juga tumbuh di Jepang dan Korea.
“Pohon ini (saeh) tidak hanya ada di Indonesia, di Jepang dijadikan kertas tradisional Jepang, Washi. Sementara (kertas) Hanji ada di Korea, pakai saeh tapi tekniknya berbeda,” jelasnya.
Mufid menuturkan, kertas daluang yang dibuatnya juga diperjualbelikan dengan harga luas permukaan kertas dikali Rp 75, mengingat produksi kertas daluang saat ini masih sesuai dengan permintaan. Adapun peminatnya, kata Mufid, masih berasal dari para pelaku seni rupa. (sr)
Discussion about this post