BANDUNG, madania.co.id — Kabut tipis menyelimuti lembah, mentari pagi menembus celah pepohonan pinus, dan suara peluit lokomotif memecah kesunyian pegunungan.
Di balik keindahan lanskap Priangan Timur, ada jalur legendaris milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung, yang menyimpan enam stasiun aktif tertinggi di Indonesia.
Tidak banyak yang tahu, bahwa enam stasiun ini bukan hanya titik persinggahan, tapi juga saksi bisu sejarah, budaya, dan dinamika geografi di Tanah Pasundan. Dari Nagreg yang mendebarkan, hingga Cimahi yang tenang, setiap stasiun menyimpan cerita sendiri.
“Enam stasiun ini bukan hanya fasilitas transportasi, tetapi juga cerminan kekayaan geografis dan sejarah Indonesia,” kata Kuswardojo, Manager Humas KAI Daop 2 Bandung dikutip, Minggu (6/7/2025)
“Kami ingin masyarakat merasakan sensasi berbeda ketika naik kereta, bukan sekadar perjalanan dari satu titik ke titik lain, tapi juga menyelami cerita di balik rel,” tambahnya.
1. Stasiun Nagreg, Di Antara Tanjakan dan Kabut Tipis
Stasiun Nagreg, berada di ketinggian 848 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadikannya stasiun tertinggi di Indonesia. Terletak di Kabupaten Bandung, jalur ini terkenal ekstrem dengan tikungan tajam dan tanjakan yang membuat laju kereta terasa lambat, namun penuh ketegangan. Di sisi lain jendela, terhampar pemandangan alam pegunungan dan lembah yang memesona.
2. Stasiun Lebak Jero, Stasiun Sepi yang Penting
Meski tak dilintasi KA penumpang, Stasiun Lebak Jero (818 mdpl) punya peran strategis sebagai pengatur lalu lintas kereta di jalur menantang. Terletak di jalur pegunungan yang berliku, stasiun ini sering menjadi titik persilangan KA. Suasana heningnya menyatu dengan alam, menciptakan nuansa mistis yang tak terlupakan.
3. Stasiun Cipeundeuy, Pemberhentian Wajib Nan Legendaris
Tak ada kereta jarak jauh yang tak berhenti di Stasiun Cipeundeuy (772 mdpl). Stasiun ini adalah titik pengecekan rem, penting karena jalur selepasnya penuh tanjakan dan turunan tajam. Inilah satu-satunya stasiun yang ‘memaksa’ semua kereta berhenti—baik siang maupun malam.
4. Stasiun Andir Stasiun Perkotaan yang Tinggi
Meski berada di wilayah urban, Stasiun Andir (750 mdpl) dan Stasiun Cimindi (736 mdpl) tetap menyimpan kisah. Dulu, Andir adalah tempat naik-turun penumpang kereta lokal. Kini, Cimindi menjadi simpul transportasi bagi pekerja harian dan mahasiswa, sekaligus menjadi saksi bisu geliat kota.
5. Stasiun Cimindi
Dengan ketinggian 736 mdpl, Stasiun Cimindi menjadi simpul penting dalam jalur perkotaan Bandung dan berfungsi sebagai titik pemberhentian bagi KA lokal. Selain itu di stasiun ini juga menjadi tempat transit penting para pelanggan, sehingga banyak yang naik dan turun di stasiun ini.
6. Cimahi, Stasiun Kolonial yang Tetap Eksis
Stasiun Cimahi (723 mdpl) berdiri sejak masa kolonial Belanda dan menjadi penghubung strategis wilayah militer di Cimahi. Sampai hari ini, ia melayani KA lokal dan menjadi titik transit feeder kereta cepat Whoosh, tanpa kehilangan nilai sejarahnya.
KAI Daop 2 Bandung menyadari potensi wisata dari jalur-jalur tinggi ini.
Pemandangan memukau, sejarah panjang, serta pengalaman perjalanan yang tak biasa menjadi nilai lebih yang bisa dinikmati pelanggan.
“Kami terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan komunitas untuk menjadikan jalur ini sebagai daya tarik wisata unggulan,” ujar Kuswardojo.
Sensasi perjalanan dengan kereta melintasi jalur-jalur tinggi dan berkelok ini semakin menggoda, terutama bagi para pencinta perjalanan alam dan sejarah.
Di sinilah rel bukan hanya sarana, tapi juga narasi panjang tentang hubungan manusia, mesin, dan bumi.
“Rel-rel ini dibangun melawan tantangan alam. Menembus pegunungan, menjelajah lembah, semuanya demi menyatukan Indonesia. Maka kami ingin perjalanan ini juga menjadi ruang kontemplasi dan apresiasi,” pungkas Kuswardojo.***











Discussion about this post