DI AWAL tahun 2021, serangkaian bencana terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Diawali dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Terbaru, bencana banjir bandang menerjang Gunung Mas, Puncak Bogor, Selasa, 19 Januari 2021.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 136 bencana terjadi di awal tahun 2021.
BNPB menyebut, mayoritas bencana disebabkan oleh faktor kondisi alam seperti hujan deras, cuaca ekstrem, tanah longsor, banjir, dan lainnya.
Tidak ada yang bisa menolak akan datangnya bencana. Kita hanya bisa berikhtiar, salah satunya dengan cara bersiap dalam menghadapi dan berusaha meminimalisir risiko bencana serendah-rendahnya.
Upaya untuk mengurangi risiko bencana tersebut dinamakan sebagai Mitigasi Bencana.
Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa, mitigasi bencana merupakan salah satu program dari BPBD dalam merespon bencana yang terjadi.
Setidaknya terdapat dua program Mitigasi Bencana yang digalangkan oleh BPBD, khususnya Jawa Barat. Hal tersebut diungkapkan Dani Ramdan selaku Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Barat.
Kedua program tersebut meliputi Program Desa Tangguh bencana, dan SPAB atau Satuan Pendidikan Aman Bencana.
“Program desa tangguh bencana yaitu melatih dan menyiapkan masyarakat mulai dari kepala desa perangkatnya para RT, RW, dan tokoh-tokoh masyarakat untuk bisa menyiapkan diri ketika menghadapi dan mencegah bencana,” ungkap Dani.
Adapun yang dimaksud dengan SPAB, melibatkan lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi.
Akibat Pandemi Covid-19, Program Mitigasi Bencana, tidak dapat dilakukan secara maksimal. Sebagai gantinya, BPBD Jawa Barat membuat infografis dan video edukasi mengenai kebencanaan yang dapat diakses secara langsung oleh masyarakat.
Keluarga Tangguh Bencana
Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah saja melainkan membutuhkan orang terdekat salah satunya keluarga.
“Maka kita sekarang punya fokus, Bagaimana keluarga punya ketangguhan bencana. Pertama punya penanganan resiko. Rumah itu dicatat punya resiko misal gempa, kebakaran, banjir, itu dicatat lalu dibikin rencana,” ujar Dani.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa seharusnya anggota keluarga memiliki tas siaga bencana. Sebagai salah satu cara bertahan saat bencana tiba.
Adapun fungsi tas siaga bencana, sebagai salah satu amunisi bertahan hidup setidaknya dalam tiga hari pasca bencana terjadi.
Isi dari Tas siaga bencana, meliputi makanan, minuman, alat komunikasi, baterai atau lampu senter, dan juga peluit
“Jadi kalau misalnya, naudzubillah terjadi gempa, tertindih dan dia bisa keluar. Selama 3 hari Kalau ia pegang tas itu bisa selamat karena ada makanan dan minuman yang disiapkan,” pungkasnya. (ibm)
Discussion about this post