CLOSE ADS
CLOSE ADS
close
MADANIACOID
  • Berita
  • Jawa Barat
  • Nasional
  • Dunia Islam
  • Kajian
  • Gaya Hidup
  • Persib Bandung
  • Agenda
  • Radio Streaiming
Minggu, 28 Desember 2025
No Result
View All Result
  • Berita
  • Jawa Barat
  • Nasional
  • Dunia Islam
  • Kajian
  • Gaya Hidup
  • Persib Bandung
  • Agenda
  • Radio Streaiming
No Result
View All Result
MADANIACOID
No Result
View All Result

Pancasila: Kotak Kosong atau Konsensus yang Belum Tuntas?

Oleh: Nunu A Hamijaya

Oleh Andri Herdiansyah
Rabu, 23 Juli 2025 - 11:17
di Opini
Pancasila: Kotak Kosong atau Konsensus yang Belum Tuntas?

Ilustrasi Hari Pancasila 22. Foto: its.ac.id

“Jangan memperdebatkan Pancasila, karena sudah final!”

“Mempertanyakannya adalah bentuk pemberontakan dan intoleransi yang bisa memecah belah bangsa!”

Pernyataan-pernyataan seperti ini terdengar patriotik, bahkan heroik. Namun, jika dikaji secara jernih, sesungguhnya ini adalah bentuk pembungkaman nalar kritis dan pembenaran terhadap otoritarianisme ideologis. Ia menutup ruang dialog dan refleksi, bahkan terhadap suatu produk pemikiran manusia yang lahir dari kompromi historis dan belum pernah benar-benar dituntaskan.

Padahal dalam Islam, sebagai sistem hidup yang berdasar wahyu ilahi, Allah sendiri menantang manusia untuk berpikir, meragukan, menggugat, bahkan berdialog argumentatif. Wahyu bukan dogma mati, tetapi cahaya yang hidup dalam diskursus akal dan batin manusia. Maka, memfinalisasi sebuah isme buatan manusia dan melarang rakyat mempertanyakannya adalah tindakan ahistoris dan bentuk kejumudan berpikir.

Pancasila, dalam kenyataan kontemporer, kian menjauh dari ruh dan cita-cita awalnya. Ia kehilangan arah karena dikooptasi oleh isme-isme lain: kapitalisme global, liberalisme pasar, demokrasi prosedural, hingga sekularisme yang menyusup melalui label moderasi beragama dan jargon HAM yang tak netral nilai. Pancasila menjadi kotak kosong yang diisi oleh siapa saja yang sedang berkuasa. Ia tidak lagi menjadi pandu kebangsaan yang mengikat elite dan rakyat secara bermartabat dan adil.

Lebih jauh lagi, sejarah membuktikan bahwa Pancasila bukanlah bangunan ideologis yang telah selesai. Soekarno sendiri menyatakan bahwa Pancasila adalah philosophische grondslag yang mesti dikaji dan dirumuskan lebih lanjut setelah masa transisi. Namun, harapan itu terkubur oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan Konstituante saat Islam hampir menjadi fondasi negara melalui mekanisme demokrasi. Itulah momen historis ketika jalan dialog konstitusional digantikan oleh pendekatan koersif. Sebuah tindakan yang tak bisa dilepaskan dari rasa takut pada bangkitnya ideologi Islam sebagai solusi kenegaraan.

Hari ini, fakta tak bisa dibantah: praktik bernegara carut-marut. Korupsi sistemik, manipulasi politik, oligarki ekonomi, dan demokrasi transaksional menjadi wajah sehari-hari pemerintahan. Semua ini terjadi dalam bingkai konstitusi yang konon berlandaskan Pancasila.

Maka, pertanyaannya: apakah kita akan terus memelihara ilusi ideologis dan menolak mencari akar persoalan secara jujur?

Saatnya menyadari, bahwa hanya sistem yang lahir dari wahyu dan dibangun atas dasar kebenaran yang konsisten, yang dapat menjawab krisis multidimensi ini. Islam, sebagai sistem nilai yang komprehensif dan solutif, telah terbukti dalam sejarah sebagai fondasi peradaban yang adil, bermartabat, dan memuliakan manusia.

Mencari Jalan Solusi: Dari Kritik Menuju Aksi

1. Membuka Ruang Telaah Kritis
Pancasila harus dikaji ulang secara terbuka, bukan dimonopoli tafsir oleh rezim atau kelompok tertentu. Kritik adalah bentuk rasa memiliki atas bangsa ini, bukan makar.

2. Menolak Sekularisasi Berpikir
Islam bukan ancaman bagi kebangsaan, melainkan jalan keselamatan untuk umat manusia. Menyandingkan Islam dan Pancasila harus dalam semangat objektif dan epistemologis, bukan dominasi kuasa.

3. Mendorong Alternatif Sistemik
Kita butuh sistem alternatif, bukan tambal sulam. Islam sebagai sistem pemerintahan, sosial, dan ekonomi menawarkan perangkat yang lengkap dan bersumber pada nilai ilahiah.

4. Merumuskan Ideologi Islam Secara Terbuka
Bukan hanya sebagai wacana emosional, tetapi sebagai tawaran rasional dan praktis bagi tata kelola negara. Ini membutuhkan kaderisasi, penguatan argumen, serta penyusunan cetak biru sistem Islam dalam ranah kenegaraan modern.

Penutup

Mempertanyakan Pancasila bukan berarti mengkhianati bangsa. Justru sebaliknya, itulah bentuk tanggung jawab intelektual dan moral. Jika kita menginginkan masa depan yang bersih dari manipulasi dan ketidakadilan, maka kita harus berani jujur: bangsa ini membutuhkan sistem yang kokoh, bersumber dari kebenaran wahyu, dan mengakar dalam nilai-nilai ketuhanan dan keadilan sejati.

Islam bukan tandingan Pancasila. Islam adalah solusi atas kekosongan ideologis yang ditinggalkan oleh mereka yang menjadikan Pancasila alat kuasa, bukan cahaya bangsa.*** (Penulis adalah Sejarawan publik/Siswa SPM Sekolah Politik Masyumi/Anggota MPUII)

Editor: Andri Herdiansyah
Previous Post

Pastikan Tepat Sasaran, Bulog Jabar Terapkan Pemesanan SPHP via Aplikasi

Next Post

Bir di Acara Lari, Ketum MES Jabar: Serangan Frontal bagi Ekosistem Halal di kota Bandung

Next Post
Bir di Acara Lari, Ketum MES Jabar: Serangan Frontal bagi Ekosistem Halal di kota Bandung

Bir di Acara Lari, Ketum MES Jabar: Serangan Frontal bagi Ekosistem Halal di kota Bandung

Discussion about this post

Indeks Berita

Desember 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Bocoran 500 Istilah Tugas MOS – MPLS Terlengkap 2022

Ini Dia Bocoran 500 Istilah Tugas MOS MPLS Terlengkap

Selasa, 12 Juli 2022 - 18:41
Mantaps!, inilah 7 Aneka Makanan yang dibuat dari Umbi-umbian

Mantaps!, inilah 7 Aneka Makanan yang dibuat dari Umbi-umbian

Senin, 13 Februari 2023 - 15:30
mitos dan fakta eureup eureup

Mitos dan Fakta tentang Eureup-Eureup Saat Tidur

Sabtu, 4 Juli 2020 - 13:06
cara transkrip tanpa ngetik

Cara Transkrip Wawancara Tanpa Harus Ngetik

Selasa, 7 Juli 2020 - 17:53
KAI Geber Promo 12.12, Tiket Murah Menggoda Jelang Libur Akhir Tahun

H+9 Nataru, Volume Pengguna Capai 530 Ribu, Stasiun Bandung Padat Wisatawan

Sejarah Pendirian Parmusi, Persaudaraan Muslimin Indonesia

Iuran BPJS Kesehatan Naik Mulai Hari Ini, Kelas I Jadi Rp150 Ribu

mitos dan fakta eureup eureup

Mitos dan Fakta tentang Eureup-Eureup Saat Tidur

KAI Geber Promo 12.12, Tiket Murah Menggoda Jelang Libur Akhir Tahun

H+9 Nataru, Volume Pengguna Capai 530 Ribu, Stasiun Bandung Padat Wisatawan

Jumat, 26 Desember 2025 - 18:36
Libur Nataru 2025, KAI Bandung Sediakan 230 Ribu Tempat Duduk Penumpang

372 Ribu Perjalanan Natal di Bandung, Kereta Komuter Jadi Ruang Sosial Kota

Kamis, 25 Desember 2025 - 18:11
Panoramic Train Dongkrak Citra dan Ekonomi Jalur Selatan

Mobilitas Nataru di Bandung Menguat, Stasiun Ini Jadi Tujuan Kedatangan Utama

Kamis, 25 Desember 2025 - 18:02
KAI Buka Lowongan, Peluang Emas bagi Lulusan SLTA, D3, hingga S1

Arus Pengguna Commuter Bandung Meningkat Jelang Natal, Stasiun Bandung Jadi Titik Utama Pergerakan

Rabu, 24 Desember 2025 - 18:52
  • Indeks Berita
  • Pedoman Pemberitaan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
  • Berita
  • Jawa Barat
  • Nasional
  • Dunia Islam
  • Kajian
  • Gaya Hidup
  • Persib Bandung
  • Agenda
  • Radio Streaiming

© 2022 MADANIACOID

slot gacor
ssh account
slot online