Madania.co.id, Turki- Tulay Hatimogullari, seorang anggota parlemen dari Partai Demokratik Rakyat yang pro-Kurdi mengajukan penyelidikan parlemen pada Selasa (29/12).
Penyelidikan tersebut ditujukan kepada Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, atas tuduhan bahwa ratusan wanita dan gadis Kurdi telah diculik di Suriah Utara atas milisi yang didukung Turki dan dibawa ke Libya untuk dijual sebagai budak seks.
Dilansir Arab News (30/12/20), klaim mengejutkan tersebut menjadi berita utama di jaringan berita Afrin Report baru-baru ini.
Dalam berita tersebut mengungkapkan kesaksian para korban yang selamat dari kota Afrin di Barat Laut Suriah mengenai rumah sakit yang penuh dengan mayat wanita dan gadis yang diculik dan dituduh mendukung terorisme.
Hatimogullari menanyakan hal tersebut kepada Cavusoglu mengenai klaim bahwa perempuan Kurdi dari Afrin diculik melalui Turki.
“Apakah anda menyelidiki klaim bahwa gadis dan wanita dari Afrin dikirim ke Libya sebagai budak? Apakah kementerian Anda mengetahui serangan seksual di kamp dan penjara di Afrin?,” tanya anggota parlemen tersebut.
Hatimogullari menambahkan pertanyaan, “Apakah anda akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani pelanggaran hak ini? Apakah Anda akan melakukan kegiatan terkoordinasi dengan organisasi internasional dalam hal ini?”
Hatimogullari sebagai anggota parlemen pertama yang membawa kasus ini ke agenda domestik Turki menekankan tanggung jawab yudisial Turki dan keterlibatannya terkait tuduhan yang menyangkut tindakan kriminal pemberontak yang didukung Turki.
Sementara beberapa wanita menyaksikan penyiksaan di kamp-kamp Suriah Utara, bahkan wanita lainnya yang ditahan diduga dilecehkan dan diperkosa oleh tentara bayaran.
Tangisan wanita Kurdi sebagian besar tidak didengar ketika meminta bantuan, situasi mereka mengingatkan pada ribuan wanita Yazidi dari Sinjar di Kurdistan Irak pada enam tahun lalu, yang diculik, diperkosa, dibunuh dan diperbudak oleh Daesh.
Rincian Data Penculikan Wanita Kurdi
Rincian tentang tuduhan tersebut secara teratur didokumentasikan di bawah Missing Afrin Women Project yang melacak penculikan dan kehilangan wanita dan gadis Kurdi di Afrin sejak 2018.
Proyek ini menampilkan peta interaktif yang menampilkan nama individu, tanggal dan lokasi insiden, juga menampilkan kelompok bersenjata yang bertanggung jawab.
Berdasarkan kesaksian, ratusan gadis Kurdi diculik dan dibawa ke Turki melalui titik-titik penyeberangan militer di perbatasan Suriah-Turki untuk dijual sebagai budak seks kepada pedagang Qatar dan dikirim kembali ke Libya.
Turki dan Qatar bulan ini membuka rumah sakit untuk wanita dan anak-anak di Afrin.
Sejak tahun lalu, kelompok hak asasi manusia telah mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya pelanggaran terhadap warga sipil di Afrin.
Secara total, lebih dari 1.000 wanita dan anak perempuan diyakini hilang hanya di Afrin setelah Operasi Cabang Zaitun Turki selama dua bulan pada dua tahun lalu yang menggulingkan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dari wilayah tersebut.
Operasi itu dikritik oleh komunitas internasional sebagai upaya perubahan demografis dan pemindahan paksa.
Laporan Penyidik Mengenai Situasi HAM di Afrin
Pada Februari 2019, Komisi Penyelidik Internasional Independen PBB untuk Suriah merilis laporan penilaian tentang situasi hak asasi manusia di Afrin.
“Komisi menemukan ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa anggota kelompok bersenjata di Afrin melakukan kejahatan perang penyanderaan, perlakuan kejam, penyiksaan, dan penjarahan,” kata laporan itu.
“Banyak kasus yang melibatkan penangkapan dan penahanan sewenang-wenang oleh anggota kelompok bersenjata, juga termasuk tuduhan penyiksaan dan penganiayaan yang kredibel seringkali menargetkan individu asal Kurdi,” tambah laporan itu.
Hal itu “termasuk aktivis yang secara terbuka mengkritik kelompok bersenjata dan mereka yang dianggap demikian,” berdasarkan laporan PBB.
Pada November 2020, Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri AS untuk Operasi Penyelesaian Inheren merilis laporan yang mencakup periode antara Juli dan September 2020.
Laporan tersebut mengindikasikan bahwa Departemen Luar Negeri AS “sangat prihatin dengan laporan bahwa kelompok oposisi yang didukung Turki telah terlibat.”
“Mereka telah ikut andil dalam ‘pelanggaran berat HAM dan pelanggaran hukum konflik bersenjata’ di timur laut Suriah,” termasuk pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan dan penculikan diantaranya. (dzk)
Discussion about this post