
Madania.co.id, Swiss- Saat para pemilih Swiss mempersiapkan referendum pada 7 Maret mendatang, pemerintah mendesak orang-orang untuk menolak larangan niqab/penutup wajah wanita muslim, dengan mengatakan langkah itu akan merugikan pariwisata.
“Sangat sedikit orang di Swiss yang memakai penutup wajah penuh (niqab),” kata pemerintah dalam pernyataan yang dikutip Reuters.
“Larangan nasional akan merusak kedaulatan kanton (negara bagian), dengan merusak pariwisata dan tidak dapat membantu kelompok wanita tertentu,” katanya.
Dilansir About Islam (20/01/21), pemerintah menambahkan bahwa wanita yang memakai penutup wajah penuh adalah turis dan hanya menghabiskan waktu singkat di negara itu, menggambarkan larangan yang disarankan sebagai ide buruk.
Pada September 2018 lalu, kanton St. Gallen di Timur Laut Swiss mendukung pelarangan niqab/burqa di depan umum dalam referendum waktu itu di bawah sistem demokrasi langsung Swiss.
Oleh karena itu, setiap usul untuk mengubah konstitusi akan mendapatkan suara yang populer jika para pendukung mengumpulkan lebih dari 100.000 tanda tangan.
Pada tahun 2009, pemilih Swiss sempat mendukung usul mengenai larangan pembangunan menara baru.
Dua pertiga dari 8,5 juta penduduk Swiss diidentifikasi sebagai orang Kristen. Tetapi populasi Muslim jugs telah meningkat menjadi 5%, yang sebagian besar karena imigran Muslim dari Balkan.
Islam melihat jilbab sebagai simbol yang wajib untuk dikenakan, bukan hanya simbol agama yang menunjukkan afiliasi seseorang.
Sedangkan untuk cadar, mayoritas ulama percaya bahwa seorang wanita bebas untuk menutupi atau memperlihatkan wajah atau tangannya.
Namun, para pemuka Islam percaya bahwa tergantung wanita tersebut untuk memutuskan apakah akan menutupi wajah mereka atau tidak. (dzk)
Discussion about this post