MADANIACOID.– Ornamen khas berwarna merah mulai terlihat di beberapa lokasi. Mulai dari pertokoan, rumah makan, hingga di sejumlah vihara di Kota Bandung. Tak terasa, dua pekan lagi masyarakat Tionghoa akan merayakan Imlek, Minggu 22 Januari 2023.
Salah satu vihara yang akan ramai dikunjungi pada malam Imlek adalah Vihara Tanda Bakti di Jalan Vihara. Pembina Vihara Tanda Bakti, Tan Tjong Boe menyampaikan, setiap tahun menjelang Imlek, warga Tionghoa selalu mempersiapkan kehadiran keluarganya.
“Patung-patung dibersihkan, dibarukan lagi. Sebab Imlek itu tahun yang baru. Segalanya baru, rezeki dan berkahnya juga baru. Semoga segala cita-cita yang didambakan bisa tercapai,” jelas Tan.
Bicara tentang Imlek, terdapat makanan khas yang tak boleh terlewatkan yaitu dodol atau kue keranjang. Wargi Bandung tahu apa filosofi dari kue keranjang ini?
Bukan sekadar makanan, Tan menjelaskan, kue keranjang memiliki filosofi yang sangat mendalam mengenai harapan-harapan warga Tionghoa di tahun baru.
“Kue keranjang itu lengket. Manisnya luar biasa, bentuk selalu bulat, dan tahan lama. Itu memiliki filosofi. Bulat itu maknanya harus bulat dalam tekad dan segala niat. Lalu, lengket bermakna tidak terlepas, keberkahan bisa terus melekat bertahun-tahun dan selamanya. Terakhir manis, itu bermakna tahun baru selalu dihadirkan hal-hal yang baik,” paparnya.
Selain makanan, ikon khas saat Imlek adalah barongsai atau liong. Hewan mitologi Tionghoa ini memiliki lambang keberkahan. Sosok tersebut dipercayai mampu mengias hal buruk menjadi rezeki baik.
“Jika kita lihat di dahi barongsai itu terdapat tulisan Mandarin artinya raja. Maknanya kalau didatangi raja itu kan ada keberkahannya, masalah sesulit apapun bisa diselesaikan. Dengan kehadiran barongsai pun diharapkan seperti itu,” ungkapnya.
Tak hanya makanan dan barongsai, satu hal penting yang jangan sampai dilewatkan dalam momen Imlek adalah angpao. Tan menjelaskan, arti angpao adalah ang (merah) dan pao (bungkus).
Amplop atau bungkus yang berwarna merah ini kerap diisi beberapa lembar uang yang dibagikan kepada sanak saudara.
“Ada maknanya lagi untuk angpao ini. Yakni sesuatu hal yang berkah, rezeki yang baik, dan kebahagiaan,” jelas Tan.
Untuk menyambut Imlek, Vihara Tanda Bakti sudah mempersiapkan rangkaian ibadah. Tak hanya golongan sepuh, tapi para generasi muda pun turut dilibatkan.
“Agar regenerasi ini bisa terus menerus diwariskan kepada anak cucu kita. Jangan ada rasa sungkan datang ke vihara,” tuturnya.
Ia berharap, meski Kota Bandung telah mencabut PPKM, tapi masyarakat terutama para jamaah vihara tetap harus menjaga prokes.
“Kalau nanti di kerumunan tetap menggunakan masker, jaga kesehatan. Semoga kita bisa berkarya dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Semakin bantu banyak orang yang membutuhkan dengan saling berkolaborasi. Baik dengan yang seiman maupun tidak, kita terus doakan,” imbuhnya.
Selain beribadah di vihara, biasanya warga Tionghoa yang tergabung dalam Tionghoa Peduli pun kerap melakukan aksi sosial.
Ia mengaku, sebagai orang Tionghoa merasa wajib untuk saling membantu dan menjaga toleransi antara warga satu dengan yang lainnya. Pun dengan antar suku yang beragam di Indonesia.
“Salah satunya kita wujudkan dengan adanya kampung toleransi yang isinya sangat kompleks. Secara agama, suku, ras dan lain sebagainya akhirnya mereka berkegiatan ke arah sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dan tanggap darurat bencana,” ujarnya.
Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan antara lain berbagi sembako di masa pandemi, vaksin gratis, donor darah, berbagai iftar, tanggap darurat bencana, dan berbagi peralatan sekolah ke daerah terpencil. (***)
Discussion about this post