MADANIACOID – Marketing Public Relations Partai Politik dalam Pemilu 2024 menjadi kupasan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung pada Seminar My Ilkom pada Senin (3/6/2024).
Acara yang digawangi Korps Protokoler Mahasiswa Jurusan (KPMJ) ini dilaksanakan secara offline di Aula Fakultas Dakwah & Komunikasi.
Seminar bertema “Marketing Public Relations (PR) Partai Politik dalam Pemenangan Pemilu 2024” ini menghadirkan narasumber Dr. Enjang Muhaemin, M.Ag dan Dr. Khoiruddin, M.Si. Dalam event ini juga hadir Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, dosen, dan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat (Humas) dan Jurnalistik.
Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Jurnalistik, Abdul Aziz Ma’arif, M.Si menegaskan, seminar ini bukan semata kewajiban untuk lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai marketing public relations partai politik dalam pemenangan Pemilu 2024, tetapi juga menjadi momentum pendalaman analisis atas fakta-fakta politik yang terjadi di masa pemilu lalu.
Mendulang Dukungan
Dalam sesi seminar, Enjang Muhaemin memaparkan bahwa Marketing Public Relations (MPR) PR merupakan strategi komunikasi yang digunakan oleh partai politik untuk membangun citra, meningkatkan kesadaran publik, dan mendapatkan dukungan suara dalam pemilu. Dalam konteks inilah, bagi partai politik MPR menjadi sangat penting di dalam memenangkan pemilu.
Citra itu penting bagi para pelaku politik, terlebih bagi para bagi mereka yang dijagokan pada pemilu, baik sebagai calon presiden maupun calon anggota legislatif. Karenanya tidak aneh bila kemudian strategi komunikasi politik berlabel MPR ini menjadi tren yang gencar dipakai para pelaku politik.
Meskipun bukan hal mudah, namun strategi MPR partai politik ini dapat menjadi alat ampuh untuk membantu partai politik mencapai tujuan, dan menggolkan apa yang ditargetkan.
“Dengan strategi yang tepat, MPR partai politik dapat membantu partai politik bukan hanya di dalam membangun hubungan yang kuat dengan pemilih, tetapi juga akan mampu mendulang dukungan suara dalam pemilu,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Enjang juga memaparkan bagaimana partai politik dalam Pilpres 2024 mengoptimalkan marketing public relations dengan begitu gencar. Masing-masing capres, misalnya dipasarkan dengan menonjolkan citra dan brand tertentu, sehingga masing-masing capres memiliki kekhasan dan keunggulan tersendiri. Pemilih menjadi terpetakan terkait dengan siapa yang layak mereka pilih.
Siapa kandidat yang menonjol, tentu tergantung pada bagaimana partai politik melakukan marketing public relations secara tepat. Namun dalam dunia politik, diakui Enjang, siapa yang unggul tentu selain strategi MPR, juga ada faktor-faktor lain yang penting diperhitungkan,” tegasnya.
Push, Pull, dan Pass Marketing
Pemateri kedua Khoiruddin Muchtar menyampaikan bahwa marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan. Namun menurutnya, seperti dikatakan Oshaugnessy, marketing politik menyediakan sarana untuk menjaga hubungan dengan pemilih, sehingga akan terbangun kepercayaan, dan selanjutnya akan diperolehkan dukungan suara pemilih.
Dalam pemaparannya, Khoiruddin juga menjelaskan terkait strategi marketing yang mencakup tiga bagian, yaitu push marketing, pull marketing, dan pass marketing.
Push marketing merupakan pendekatan yang berfokus pada penyampaian pesan politik kepada pemilih secara langsung, sementara pull marketing merupakan pendekatan yang berfokus pada menarik perhatian pemilih untuk mencari informasi tentang kandidat.
“Adapun pass marketing adalah pendekatan yang berfokus pada memanfaatkan tokoh atau organisasi lain untuk menyampaikan pesan politik kepada pemilih,” tandasnya.***
Discussion about this post