Bandung, madania.co.id – Jawa Barat kembali mencatatkan prestasi gemilang dalam upaya penurunan angka stunting. Dengan penurunan signifikan sebesar 5,8 persen dalam satu tahun, provinsi ini menjadi pendorong utama keberhasilan nasional.
Pemerintah melalui Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji merespons positif pencapaian ini dengan meluncurkan Gerakan Sehat dan Atasi Stunting (Sehati) di Kabupaten Bandung, Selasa (17/6/2025).
Gerakan yang menggandeng PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) sebagai mitra strategis. Melalui kolaborasi tersebut, sebanyak 200 keluarga berisiko stunting (KRS) akan mendapatkan dukungan langsung berupa asupan gizi dan pendampingan kesehatan.
“Kalau mau menyelesaikan stunting nasional, urusi Jawa Barat. Sebab penduduknya paling banyak, hampir 50 juta jiwa. Turunnya angka stunting di Jabar secara langsung mengoreksi angka nasional,” kata Wihaji, saat peluncuran Gerakan Sehati.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting Indonesia berhasil turun dari 21,5 persen menjadi 19,8 persen. Jabar bahkan melampaui capaian tersebut dengan torehan 15,9 persen—turun drastis dari angka sebelumnya 21,7 persen.
PTPN 1 akan menjadi “orang tua asuh” bagi KRS yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, dan anak di bawah dua tahun (baduta). Fokus diberikan pada 1.000 hari pertama kehidupan yang krusial bagi pertumbuhan optimal anak.
“Setelah usia dua tahun, kalau stunting sudah sulit disempurnakan. Maka, kami harus bekerja di awal kehidupan mereka,” jelas Wihaji.
Lebih jauh, Wihaji menggarisbawahi pentingnya pentahelix—kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat—dalam mewujudkan generasi Indonesia yang sehat dan cerdas. Ia pun menekankan risiko besar dari pernikahan dini dan pola asuh yang keliru dalam menyebabkan stunting.
“Pola asuh keliru, asupan gizi tak sesuai, serta pernikahan dini adalah kombinasi fatal. Hampir 99,9 persen pernikahan dini berujung stunting,” tegasnya.
Gerakan Sehati diharapkan bukan sekadar distribusi bantuan, melainkan perubahan pola pikir dan praktik hidup sehat yang berkelanjutan.***











Discussion about this post