Jakarta, BandungOke.com — Dari ruang produksi berpengamanan tinggi di Bandung, zat radioaktif itu menempuh perjalanan udara ke Surabaya.
Di balik angka-angka produksi dan jargon kemandirian industri, pengiriman perdana Fludeoxyglucose-18F—FloDeg—ke RSUP Surabaya, Selasa lalu (12/8), menyimpan pesan strategis: Indonesia sedang berpacu menutup jurang ketimpangan akses kedokteran nuklir.
FloDeg, radiofarmaka pertama buatan dalam negeri, bukan sekadar inovasi sains. Produk ini adalah alat diagnosis vital untuk PET Scan—teknologi yang memetakan kanker, penyakit jantung, gangguan saraf, hingga kelainan ginjal.
Selama ini, sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih bergantung pada pasokan impor dengan biaya tinggi dan waktu tunggu yang mengancam nyawa pasien.
Kolaborasi PT Bio Farma (Persero) dengan Garuda Indonesia menjadi tak sekadar seremoni antar-BUMN. Di tangan Bio Farma, FloDeg diproduksi dengan standar mutu internasional di fasilitas Cyclotron.
Di sayap Garuda, radiofarmaka ini diterbangkan sebagai Dangerous Goods kelas 7—kategori kargo berisiko tinggi—dengan protokol ketepatan waktu yang nyaris tanpa ruang kesalahan.
“Pengiriman ini adalah tonggak pemerataan pelayanan kedokteran nuklir,” ujar Direktur Sales Bio Farma, Kamelia Faisal. dikutip Rabu (13/8/2025)
Ia menegaskan bahwa kecepatan distribusi adalah kunci: produk harus tiba di rumah sakit dalam waktu terbatas agar tidak kehilangan efektivitas.
Garuda Indonesia, kata Direktur Niaga Reza Aulia Hakim, menganggap misi ini bagian dari kontribusi strategis transportasi nasional. “Ketepatan waktu adalah nilai yang kami jaga, apalagi untuk bahan medis berteknologi tinggi seperti ini,” ujarnya.
Namun, di balik optimisme itu, tantangannya masih besar. Infrastruktur kedokteran nuklir belum merata, tenaga medis bersertifikasi PET Scan masih langka di luar kota-kota besar, dan biaya layanan tetap menjadi momok bagi pasien kelas menengah ke bawah.
Kolaborasi ini baru satu langkah; pemerataan sejati menuntut keberlanjutan produksi, distribusi, dan penyediaan layanan tanpa diskriminasi wilayah.
Langkah Bio Farma dan Garuda sejalan dengan agenda Asta Cita Presiden Prabowo Subianto: meningkatkan kualitas layanan kesehatan, memperkuat ketahanan nasional, dan membangun kemandirian industri strategis.
Tapi, keberhasilan sesungguhnya akan diukur bukan dari jumlah rumah sakit yang menerima FloDeg, melainkan dari jumlah pasien yang hidupnya terselamatkan karenanya.***











Discussion about this post