Madania.co.id, Bandung – Peneliti muda Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Akhmad Solikhin (40) mengungkapkan, Badan Geologi pada publikasinya Marjiyono pada tahun 2008 lalu, pernah memetakan sesar-sesar yang ada di sekitar Cekungan Bandung.
Seperti diketahui, salah satu sesar aktif yang ada di Jawa Barat yakni Sesar Lembang, lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung dengan panjang sesar sekitar 25-30 km.
Menurut Akhmad, selain Sesar Lembang, ada patahan lain yang bisa mengguncang warga Bandung Timur hingga Sumedang, Jawa Barat, yaitu Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
“Selain Sesar Lembang yang sudah banyak dikenal, ada juga sesar di timur Cekungan Bandung yang diberi nama Sesar Cileunyi-Tanjung Sari dan dinyatakan aktif,” ujarnya, dalam keterangan yang diterima, Selasa (2/2/2021).
Ia menjelaskan, Sesar Cileunyi-Tanjungsari terletak dibagian timur laut Cekungan Bandung, di wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang.
“Sesar ini memanjang dengan orientasi barat daya-timur laut, mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles di sebelah barat laut Gunung Palasari,” katanya.
Dengan panjang total sekitar 17 kilometer, Sesar tersebut terbagi 2 segmen, yaitu segmen barat dan segmen timur.
“Yang bisa diukur saat ini adalah potensi bahayanya, karena kita belum tahu apakah ini bisa menimbulkan bencana (beda bahaya dan bencana), paparnya.
“Dari geometri (panjang) sesar bisa diestimasi kekuatan gempa bumi maksimum yang mungkin terjadi yaitu masing-masing segmen barat dan timur sebesar 6,08 Mw dan 6,3 Mw. Jadi, ini merupakan skenario terburuknya yaitu jika sesar tersebut bergerak seluruhnya,” tambahnya.
Akhmad menuturkan, tentu jika terjadi gempa bumi dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari, maka yang paling terdampak adalah daerah yang berdekatan dengan zona sesar tersebut.
Ia menegaskan, bahwa informasi yang disampaikan bukan untuk menakut-nakuti, namun untuk membuat masyarakat lebih waspada dan melakukan upaya mitigasi bencana alam.
“Perlu diingat, sampai saat ini belum ada ahli dan teknologi yang mampu memprediksi dengan akurat kejadian gempa bumi baik dari segi waktu, lokasi dan besarnya. Informasi ini bukan untuk menakut-nakuti tapi untuk kita mewaspadai dan melakukan upaya mitigasi gempa bumi,” katanya.
Akhmad juga menjelaskan, sebelumnya terdapat juga gempa-gempa yang kemungkinan berasal dari sesar tersebut, diantaranya pada tanggal 23 Januari 2005, dengan magnitudo 4,5 Mb. Sejauh ini gempa-gempa yang terjadi tidak sampai menimbulkan kerusakan.
Rangkaian gempa-gempa kecil pernah terjadi pada tahun 2010, gempa kecil tersebut tidak menyebabakan kerusakan, namun sempat membuat kepanikan masyarakat di Kecamatan Tanjungsari.
“Perlu ditegaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik Sesar Cileunyi-Tanjungsari dan mengestimasi potensi bahayanya berdasarkan data lapangan yang ada. Masih diperlukan kajian lebih detil untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat,” jelas Akhmad.
Sesar Cileunyi tersebut, lanjut Akhmad, diduga pernah memicu gempa bumi yang dirasakan di Tanjungsari Sumedang pada 19 April sampai 10 Mei 2010.
“Kemudian, dari PVMBG Badan Geologi mencoba melanjutkan penyelidikan dan pemetaan Sesar Cileunyi-Tanjungsari ini,” pungkasnya. (mrf)
Discussion about this post