Madania.co.id, Jakarta – BPBD Kabupaten Halmahera Barat melaporkan warganya merasakan guncangan gempa magnitudo 5,0.
Gempa terjadi Kamis (14/1), pukul 00.33 WIB. Berdasarkan pemodelan BMKG, gempa tidak memicu terjadinya tsunami.
Warga Halmahera Barat merasakan guncangan sedang dengan durasi 5 detik. Guncangan sempat memicu kepanikan warga setempat.
Masyarakat panik hingga keluar rumah. Pascagempa, pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Barat menginformasikan kondisi sudah kembali normal. Warga segera kembali ke rumah dan situasi kondusif.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr. Raditya Jati, dilihat dari peta guncangan dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, gempa M5,0 memicu kekuatan guncangan II – III MMI di Tobelo, Galala, dan Morotai.
“Skala Mercalli tersebut merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa. Deskripsi BMKG pada skala III MMI menunjukkan adanya getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Sedangkan II MMI, ini menunjukkan adanya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang,” katanya, dilansir bnpb.go.id.
Ia menyebutka, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi pusat gempa berkedalaman 10 km berada di laut 30 km tenggara Tobelo, Maluku Utara.
Provinsi Maluku Utara, lanjut dia, teridentifikasi memiliki 10 kabupaten dengan potensi bahaya gempa bumi kategori sedang hingga tinggi.
BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siaga dalam menghadapi potensi bahaya gempa bumi. Masyarakat dapat mengakses aplikasi InaRISK melalui telepon pintar untuk mengetahui risiko bahaya di sekitar.
Menurut dia, langkah mengetahui risiko belum cukup, segera diskusikan di antara anggota keluarga terkait antisipasi atau langkah pencegahan di dalam keluarga.
Ia menyarankan, langkah sederhana yang dapat dilakukan misal menyiapkan tenda keluarga, tetap menempelkan kunci pada daun pintu, menempatkan perabot tanpa menutup akses ke luar rumah, menetapkan titik kumpul yang aman hingga menyiapkan tas siaga bencana yang berisi obat-obatan, makanan ringan dan minuman.
Raditya juga mengIngatka, di berbagai peristiwa gempa bumi, banyak korban jiwa terjadi akibat reruntuhan bangunan yang dipicu guncangan gempa, dan bukan gempanya.(m)
Discussion about this post