MADANIACOID – Sigajang laleng lipa atau tarung sarung adalah salah satu tradisi yang dimiliki Suku Bugis. Tradisi ini berkaitan dengan prinsip siri’ na pacce yang dipegang teguh masyarakat bugis. Tarung sarung dilakukan sebagai bentuk dalam membela kehormatan dan harga diri yang diinjak.
Sigajang laleng lipa adalah mempertemukan dua orang lelaki dalam satu sarung untuk menyelesaikan sebuah permasalahan dengan cara berkelahi sampai salah satunya meninggal. Tarung sarung terjadi karena ada salah satu keluarga yang tidak terima akan penindasan pihak tertentu. Masalah percintaan juga bisa jadi penyebab.
Tarung sarung tidak langsung dilaksanakan. Biasanya terjadi ketika musyawarah yang dilakukan kedua belah pihak tidak mencapai kata mufakat. Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi ini mulai menghilang dari masa ke masa.
Siri’ sangat ditinggikan oleh sebagian besar masyarakat Bugis. Mereka yang tidak memiliki siri’ dianggap hanya seperti seekor binatang. Masyarakat Bugis yang dianggap mempermalukan siri’ orang lain di antaranya adalah mengambil istri orang lain, berzina dengan istri orang lain, mengaku atau mengambil hak lahan yang bukan miliknya, meributkan harta gono-gini, dan terlibat hutang piutang.
Siri’ bagi Suku Bugis
Masyarakat Bugis sangat menjunjung tinggi siri’, bahkan jika harus dibayar dengan nyawa mereka siap. Kebanyakan orang Bugis menilai harga diri sangat penting karena tingkah laku dinilai baik jika manusia memiliki harga diri.
Zaman dahulu masyarakat Bugis menyelesaikan sengketa atau masalah dengan pertarungan satu lawan satu antar laki-laki. Mereka percaya bahwa laki-laki memiliki harga diri tinggi, apabila mampu menyelesaikan tanggung jawab dan masalahnya dengan tangannya sendiri, tanpa campur tangan pihak lain. Bila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka pilihan terakhirnya adu kekuatan.
Penelitian di Universitas 17 Agustus Surabaya menyebutkan makna yang sebenarnya dari adanya tradisi sigajang laleng lipa adalah siri’, keberanian, kejujuran, sikap tidak mudah gentar, serta musyawarah. Nilai-nilai positif yang bisa diambil bisa digunakan masyarakat Bugis atau lainnya dalam menyelesaikan sebuah masalah. Bicara benar, berani mengakui kesalahan, tidak menyalahkan orang lain, serta bertindak dengan seharusnya merupakan nilai-nilai kehidupan yang sangat dijunjung oleh masyarakat Bugis.***(Anisa Pabelia)
Discussion about this post