madania.co.id – Manusia merupakan makhluk Allah palinh sempurna diantara makhluk lainnya. Sang khalik memberikan kelebihan berupa akal pikiran, kemampuan berbicara, dan anugerah lainnya yang menjadikan manusia memiliki kehidupan yang lebih baik. Namun, terkadang manusia selalu menyalahgunakan anugrah tersebut. Seperti halnya anugerah kemampuan untuk berbicara. Hal itu sering disalahgunakan untuk melakukan perbuatan dosa, salah satunya ghibah.
Para ahli mengatakan bahwa ghibah merupakan pembicaraan atas diri orang lain baik secara langsung ataupun dalam hati. Hampir semua orang tidak bisa melepaskan diri dari perbuatan ini. Terlebih saat berkumpul bersama rekan sepermainan.
Perbuatan ghibah dalam islam tentu sangat dilarang dan akan menimbulkan dosa besar bagi pelakunya. Namun Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa ghibah di dalam hati hukumnya diampuni (ma’fu) asalkan tidak dilanjutkan dan hanya sekilas. Sebagaimana dilansir dari laman resmi Nahdatul Ulama.
“Adapun sesuatu yang terbesit dalam pikiran kita atau pembicaraan kita dengan diri sendiri jika tidak tetap dan tidak dilanjutkan oleh orang tersebut maka hukumnya diampuni (tidak masalah) berdasarkan kesepakatan para ulama. Karena sesungguhnya hal tersebut tidak bisa dihindari dan juga tidak ada cara untuk mencegah hal itu,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkārun Nawāwī, [Beirut, Dārul Kutub: 2004 M), halaman 498).
Contoh kasusnya seperti saat berjalan kita bertemu orang yang wajahnya penuh jerawat, tiba-tiba terlintas di pikiran kita atau hati kita, “ih jerawatnya banyak banget, ya?!” Nah hal yang seperti ini diampuni atau dimaafkan. Namun jika hal itu dilanjutkan, seperti mulai berpikir-pikir tentang sebab jerawatnya, dan perawatan yang kurang dari dirinya. Maka hal yang semacam ini bisa termasuk dalam dosa.
Alasan mengenai dimaafkannya pikiran yang terlintas begitu saja tersebut, karena hal itu tidak bisa dihindari. Sedangkan melanjutkan pikiran yang terbesit itu dilarang karena hal itu bisa dihindari. Namun yang perlu diperhatikan adalah pikiran-pikiran sekilas terhadap orang lain tersebut berpotensi untuk membuat kita terjatuh dalam dosa ghibah dan maksiat.
Tips Dari Imam Al-Gazali
Oleh karena itu, imam Al-Gazali memberikan tips menghindari perbuatan tersebut dalam kitab Ihya Ulumuddin, diantaranya :
- Jangan dengar bisikan syaitan
Jika hatimu tiba-tiba (terbesit) pikiran negatif, maka hal itu dari bisikan setan yang dibisikkan kepadamu. Maka seyogianya kamu mendustakan (bisikan setan) itu. Karena sesungguhnya setan adalah makhluk yang paling fasik dan para fasik yang lain
- Tabayyun
Tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya. Allah SWT berfirman, ‘Jika datang kepadamu seorang fasik, maka lakukanlah tabayyun terlebih dahulu agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.’
- Jangan berpikiran negatif
Tidak diperbolehkan untuk membenarkan Iblis, karena hal itu adalah salah satu media yang mengarah pada kerusakan, dan seolah mentolerir perbuatan menyimpangnya. Maka dilarang berpikiran negatif. Salah satu tanda bahwa kamu berpikiran negatif kepada seseorang adalah ketika hatimu berubah menilai seseorang karena sesuatu yang telah ia lakukan.
Itulah tips dari Imam Al-Gazali agar terhindar dari perbuatan ghibah. Agama islam begitu sayang dengan umatnya, jadi kita selaku muslim jangan sampai terjerumus dalam dosa-dosa yang tidak terasa. Karena hal itu jika terus dilakukan maka akan menjadi dosa besar dan banyak. Wallahu’alam
Discussion about this post