MADANIACOID – Keputusan Amerika Serikat untuk mengenakan tarif impor sebesar 32% pada produk dari Indonesia menjadi ancaman besar bagi ekspor otomotif dan elektronik tanah air. Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios), mengungkapkan bahwa kebijakan ini bisa memberikan dampak signifikan mulai kuartal keempat tahun ini.
Dalam kurun waktu 2019 hingga 2023, ekspor Indonesia di sektor otomotif dan elektronik mencatat pertumbuhan rata-rata 11% per tahun, termasuk ke pasar AS. Namun, dengan adanya tarif baru ini, industri dalam negeri bisa mengalami perlambatan serius.
Harga Naik, Permintaan Turun
Bhima menjelaskan bahwa tambahan pajak impor akan membuat harga kendaraan buatan Indonesia menjadi lebih mahal di pasar AS. Hal ini berpotensi menurunkan permintaan konsumen dan pada akhirnya mengurangi volume ekspor.
Masalahnya, produsen otomotif Indonesia tidak bisa begitu saja mengalihkan penjualan ke pasar domestik. Perbedaan spesifikasi kendaraan—seperti sistem kemudi yang menggunakan setir kanan di Indonesia dan setir kiri di AS—membuat langkah tersebut tidak praktis. Akibatnya, produksi bisa melambat, bahkan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sektor Tekstil dan Garmen Ikut Terancam
Bukan hanya otomotif dan elektronik, sektor padat karya seperti tekstil dan garmen juga diprediksi terkena dampak besar. Sejumlah merek besar asal AS kemungkinan besar akan mengurangi pesanan dari pabrik-pabrik di Indonesia.
Sementara itu, Indonesia juga harus bersiap menghadapi persaingan dari negara lain seperti Vietnam, Kamboja, dan China. Ketiga negara tersebut mungkin akan mengalihkan produk mereka yang sebelumnya diekspor ke AS ke pasar domestik Indonesia, menciptakan persaingan yang semakin ketat.
Dampak ke Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Bhima memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini bisa berimbas langsung ke pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut data Celios, setiap penurunan 1% dalam pertumbuhan ekonomi AS berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,08%.
Dengan kata lain, jika ekonomi AS mengalami perlambatan akibat kebijakan dagang mereka sendiri, Indonesia juga akan terkena imbasnya. Para pelaku usaha harus bersiap menghadapi kemungkinan perlambatan ekspor dan beradaptasi dengan situasi yang ada.











Discussion about this post