Madania, Bandung – Sikap asertif ditandai dengan kemampuan diri dalam berkomunikasi secara jujur, tegas, dan lugas, tetapi tetap mampu menghargai perasaan orang lain.
Kemampuan bersikap asertif bukan merupakan bawaan lahir, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Bersikap asertif kerap dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam mengungkapkan apa yang diinginkan, dirasakan, dan apa yang ada dipikirkannya kepada orang lain dengan cara yang baik.
Dalam mewujudkan sikap asertif membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik. Ini penting agar tidak terjadi salah persepsi dan miss understanding.
Demikian diutarakan Devi Eryanti, M.Pd pada Talkshow My Ilkom yang digelar Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung bersama Korps Protokoler Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (KPMJ), Jumat malam (04/03/2022).
Talkshow yang dipandu Nanda Nurmayanti ini mengangkat tema “Pentingnya Bersikap Asertif.” Devi menegaskan bahwa sejatinya komunikasi asertif bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan ada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu menjelaskan, bahwa faktor-faktor tersebut diantaranya pola asuh, gender, dan kepercayaan diri.
Pola asuh orang tua
Orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda-beda, dan pola asuh tersebut dapat membentuk seorang anak dikemudian untuk berprilaku asertif atau tidak.
“Ada beberapa pola asuh orang tua, misalnya orang tua yang otoriter, kata orang tua A maka anak harus A, tanpa memberikan kesempatan bicara. Namun juga ada yang demokratis, mereka memiliki pendapat namun anak memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang dirasakannya, sehingga ada komunikasi timbal balik yang memungkinkan di kemudian hari anak tersebut terbiasa melakukan hal demikian,” ujarnya.
Gender
Stigma laki-laki selalu mengandalkan logika, sementara perempuan selalu berpaku pada perasaan, bisa dibenarkan memiliki pengaruh terhadap komunikasi asertif seseorang. Laki-laki dianggap lebih asertif, sebab ia lebih memiliki banyak tuntutan baik dari lingkungan, keluarga, dan kodrat pemimpin laki-laki itu sendiri.
Meski begitu, kata Maulidya, perempuan pun tidak terbatas melakukan tindakan asertif. “Banyak sekarang itu pendapat perempuan dikesampingkan daripada laki laki, namun sebagai perempuan kita juga memiliki hak memberikan pendapat. Namun jangan menyinggung pihak mana pun, pilah dan pilih kata yang tepat agar apa yang kita hendak sampaikan tersampaikan dengan tepat,” ujarnya.
Kepercayaan diri
Kepercayaan diri menjadi keunikan yang dimiliki setiap individu, karena setiap individu memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda.
Devi mengatakan, pentingnya kepercayaan diri dalam komunikasi asertif dapat terlihat ketika seseorang hendak mengutarakan apa yang ingin disampaikan.
Jika seseorang tersebut tidak memiliki kepercayaan diri, maka nantinya akan banyak pertimbangan dan pilihan yang membuat seseorang tersebut tidak percaya dengan dirinya sendiri, sehingga itulah yang membuat komunikasi asertif tersebut terhambat.
Topik pentingnya komunikasi asertif menjadi suatu yang krusial sebab banyak pelaku yang memilih bungkam di balik “ketidakenakan” dan sulit berkata tidak meskipun sudah dalam situasi yang toxic.
Komunikasi asertif akan membantu mereduksi kemungkinan diri kita untuk stress, terlebih setelah diterima atau tidaknya apa yang kita inginkan atau apa yang ingin diutarakan. Tak hanya itu, melakukan komunikasi asertif juga mendukung perasaan “lega” dalam benak seseorang.
“Bertemu dengan berbagai macam orang, diskusi melalui forum yang kita senangi, akan membantu kita terpancing mengutarakan apa yang disampaikan,” ujar Maulidya.
Berani melakukan komunikasi asertif akan membuat orang lain lebih respect terhadap apapun yang seseorang katakana ketika mengutarakan pendapat.
Membangun Komunikasi Asertif
Devi dalam paparannya merangkum berbagai hal yang dapat membangun komunikasi asertif seseorang, diantaranya :
- Percaya diri
- Tingkatkan kemampuan komunikasi (cara menyampaikan pendapat dengan baik dan benar)
- Berani berkata tidak.
- Usahakan menggunakan kata “saya”, menurut saya…
- Gunakan gesture yang baik dan maintain sedemikian rupa agar enak diterima orang lain.
- Berlatih
Talkshow My Ilkom yang dihadiri kurang lebih 70 peserta dari berbagai daerah dan universitas di Indonesia ini menghasilkan simpulan bahwa mempelajari dan melatih kemampuan diri dalam bersikap asertif adalah hal yang penting.
Sikap asertif dapat membantu seseorang mengekspresikan diri secara efektif, mempertahankan sudut pandang, menghindari konflik, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Tak hanya itu, sekaligus mampu menghormati hak dan kepercayaan orang lain tanpa menyakiti hati lawan bicara. Perilaku asertif ini dapat terbentuk karena adanya kejujuran, tanggung jawab, kesadaran diri dan juga kepercayaan diri. ***
Discussion about this post