Urai Kemacetan Kota Besar Dengan LRT, Berikut Kata Pengamat Kebijakan Publik
MADANIACOID.– Dari jaman kuda gigit besi sampai jaman kuda besi, kendaraan pribadi selalu menjadi simbol kemakmuran ekonomi bagi setiap keluarga. Akibatnya populasi kendaraan pribadi bertambah bahkan melebihi anggota keluarga itu sendiri.
Untuk menekan populasi kendaraan pribadi ini, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan tentang moda transportasi massal. Terbaru pemerintah membangun Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodetabek yang rencananya akan mulai operasional secara komersil pada bulan Juli 2023.
Sinyal kuat tersebut diberikan oleh Presiden Joko Widodo yang diamini oleh Menhub Budi Karyadi usai menjajal LRT dari Stasiun Harjamukti, Cibubur, Depok ke Stasiun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur pada Senin 26 Desember 2022 silam.
Lokomotif tanpa masinis dan sejumlah lompatan teknologi lainnya disematkan pada LRT Jabodetabek ini plus sejumlah kenyamanan yang ditawarkan. Harapannya, masyarakat mau beralih pada moda transportasi umum dan meninggalkan kebergantungannya pada kendaraan pribadi.
Mengurai Benang Kusut Kemacetan DKI Jakarta Dengan Moda Transportasi Umum Terintegrasi
Suara sumbang dan kendala seperti lahan dan pendanaan menjadi sebagian persoalan yang membelit proyek strategis nasional ini. Namun, proyek ini (harus) berjalan dan menjadi bagian dari transportasi yang terintegrasi.
Terkait dengan hal itu, Guru besar kebijakan Publik Universitas Padjajaran (UNPAD) Prof. Dr. H. Didin Muhafidin, S.IP, M.Si berpendapat bahwa kebijakan pemerintah guna membangun proyek LRT Jabodetabek ini sudah sangat tepat.
Apalagi, pemerintah pada akhir tahun 2022 lalu telah menetapkan Light Rail Transit (LRT) Jakarta International Stadium – Kelapa Gading dan Velodrome – Manggarai (Provinsi DKI Jakarta) menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN)
“Kebijakan (pembangunan) LRT di DKI Jakarta sudah sangat tepat karena dengan adanya kebijakan tersebut bisa mengurai kemacetan yang sudah kronis” Ujar Prof. Dididn saat dihubungi melalui sambungan smart phone. Senin 6 Februari 2023
Kebijakan tersebut, tegasnya, bisa mengurai kemacetan yang sudah kronis di DKI Jakarta, Tapi harus ada dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat itu sendiri” ujar Prof. Didin.
“Jangan langsung berharap Jakarta akan bebas macet hanya dengan satu koridor LRT saja, tapi harus berintegrasi dengan moda transportasi lainnya.” imbuhnya.
Rektor Unfari ini menekankan angkutan masal perkotaan seperti LRT Jabodetabek ini sangat penting untuk terus dikembangkan, ditata, dan dioptimalkan pemanfaatannya.
“Di DKI Jakarta ada tansportasi massal Trans Jakarta dan Jaklingko, Trans Patriot, KRL Komuter, Kereta Bandara Soekarno Hatta, dan sebentar lagi Kereta Cepat Jakarta – Bandung, jika ini sudah terintegrasi dengan LRT Jabodebek ribuan penumpang akan bisa terangkut setiap harinya” ujar Prof. Didin.
“LRT Jabodetabek ini dapat menampung hingga 700 penumpang dan rata-rata frekuensi kereta per hari sebanyak 400 perjalanan jadi sangat memungkinkan untuk mengurai kemacetan kronis yang sudah terjadi menahun” Imbuhnya.
Kehadiran LRT Jabodetabek, ujarnya, akan menekan anggaran masyarakat untuk biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harus dikeluarkan karena kemacetan yang terjadi. Bisa dibayangan berapa milyar rupiah terselamatkan dengan adanya transportasi massal ini setiap bulannya.
Selain itu, kehadiran LRT Jabodetabek dan moda transportasi massal lainnya yang menggunakan listrik akan efektif mengurangi emisi carbon dimana Indonesia menargetkan net zero emissions pada tahun 2060 bisa lebih cepat terwujud.
Karena dari Hulu hingga ke hilir penggunaan energi yang ramah lingkungan bisa berjalan secara bekesimbambungan. Apalagi pemerintah saat ini tengah menggencarkan kendaraan roda empat maupun roda dua dengan sumber daya listrik.
Menggandeng Influenser dan Masifkan Medsos
Saat kebijakan transortasi massal seperti LRT Jabodetabek, MRT, Commuter Line terus dioptimalkan oleh pemerintah, ungkap Prof. Didin, persoalan selanjutnya adalah bagaimana mengubah kebiasaan masyarakat yang selama ini sudah terbiasa dengan kendaraan pribadi beralih kepada transportasi umum.
Tentu tidak mudah untuk mengubah habit atau kebiasaan utamanya masyarakat dari kalangan menengah atas untuk mau beralih dan meninggalkan kendaraan pribadi yang selama ini mereka anggap paling nyaman.
Solusinya adalah dengan menggandeng para Influenser untuk mengampanyekan kenyamanan dan efektivitas dari LRT Jabodetabek utamanya bagi para masyarakat kelas menengah atas yang sudah sangat terbiasa “naik di depan pintu dan turun di depan pintu”
Peran para Influenser ini akan semakin positif dengan optimalisasi media sosial yang mereka miliki dan ribuan bahkan jutaan pengikut.
Penutup, Prof. Didin mengingatkan pengelolaan transortasi massal dan pengelolaan lalu lintas perlu ditunjang dengan kebijakan yang berkelanjutan dan tidak boleh terpengaruh dengan adanya pergantian pimpinan baik dipusat maupun daerah.
“Kemacetan adalah persoalan bersama, jadi perlu integrasi kebijakan untuk mengubah habit masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi beralih LRT Jabodetabek dan moda transortasi umum lainnya” Pungkas Prof Didin.***
Discussion about this post